Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts

Friday, August 21, 2015

Moms' Night Out

Depok, 21 Agustus 2015
(20.10 WIB)


Pic taken from here

Film ini aku tonton karena aku liat pemeran utamanya itu adalah pemeran April Kepner di Grey's Anatomy. Yaps, aku suka banget sama Grey's Anatomy. Itu juga alesanku nonton serial tivi baru The Last Ship, karena tokoh utamanya adalah pemeran Mark Sloan di Grey's Anatomy. Mark Sloan sendiri karakter yang akhirnya meninggal setelah berhasil dirawat abis kecelakaan pesawat.

Balik ke film Moms' Night Out, film ini cukup agamis dengan ambil momentum Hari Ibu.

Cerita tentang seorang perempuan muda yang jadi Ibu Rumah Tangga dengan 3 anak yang masih terhitung kecil-kecil, suka main, rumah jadi berantakan. Dia juga punya temen baik 2 orang yang sama-sama jadi Ibu dan punya masalah ngurus keluarga. Bukan masalah berat banget yang gimana gitu, tapi ya tetep aja ya masalah..

Moral story dari film ini adalah b-e-r-s-y-u-k-u-r.

Bersyukur sama semua yang Allaah kasih ke kita, apapun itu pasti itulah yang terbaik untuk kita.

Di film ini, Ally dapetin yang dia mau dari dulu dia kecil. Jadi Ibu Rumah Tangga dengan kehidupan yang baik-baik aja (financially). Cuma masalahnya dia tu belum bisa ngatur waktunya, karena anak-anaknya lagi aktif-aktifnya.

Ujungnya, berakhir bahagia.. Karena semua yang sudah digariskan Allaah, adalah yang terbaik.... <3 <3 <3

Quote yang ngena banget, katanya Wikipedia, itu yang buat adalah William Rose Wallace di poem yang pertama kali terbit tahun 1865 berjudul "What Rules The World".

...tangan yang mengayun buaian,
adalah tangan yang mengendalikan dunia...

Pic taken from here

Dalam Islam, peran muslimah amat-sangat penting dalam mengarahkan negara dan peradaban. Rusak perempuan, rusak negara. Diawali dengan pernikahan, kewajiban Ayah kepada anak-anaknya adalah memilihkan perempuan yang baik agamanya. Bahasan ini saya rencanakan akan ditulis di lain postingan di blog ini. Semoga.

Alexander and the Terrible, Horrible, No Good, Very Bad Day

Depok, 21 Agustus 2015
(19.17 WIB)


Pic taken from here


Film ini ceritanya tentang Alexander, anak ketiga dari 4 bersaudara. Dia ngerasa hidupnya paling ngga enak dibanding anggota keluarganya yang lain. Alexander juga ngerasa kalo dia ngga disayang, ngga diperatiin sama keluarganya.

Pas malem menjelang ulang tahunnya Alexander make a wish supaya semua anggota keluarganya ngalamin keburukan supaya ngerasain apa yang dia alami selama ini.

Paginya pas Alexander bangun, dia agak aneh karena keluarganya belum ada yang bangun dan mereka semua terancam telat. Selain itu, mereka semua dapet masalah di hari itu, kecuali Alexander yang mulus-mulus aja harinya.

Film ini berakhir bahagia, semua anggota keluarga jadi saling terbuka dan sadar kalo mereka harus saling sayang dan perhatian ke semua anggota keluarganya.

Pic taken from here

Hal yang aku perhatiin dari film ini adalah, pertama, Papanya Alexander lagi dalam keadaan tidak bekerja, jadinya beliau yang ngurus rumah, anak-anak, dan Mamanya Alexander yang kerja (jadi kayak Editor di perusahaan penerbitan buku). Kerennya, mereka ngga masalah tentang ini.

Mamanya Alexander ngga ngeremehin Suaminya karena lagi jobless, dan Papanya Alexander tetep semangat masukin lamaran kerja ke tempat yang sesuai sama idealismenya. Btw, Papanya Alexander ni udah PhD, tapi tetep milih kerja di tempat kerja anak muda gitu.

Kedua, orangtuanya Alexander termasuk yang ngga cepet marah dan ngga gampang bentak anak ketika anaknya ngelakuin suatu hal yang ngga sengaja itu salah atau keliru. Mereka ngelurusin, bukan nyalahin, ngatain..

Ketiga, keluarganya Alexander termasuk yang mudah ngambil hikmah dan jaga semangat dengan selalu berfikir positif. Ini terbentuk juga karena karakter orangtuanya Alexander.

Filmnya bagus buat yang mau berkeluarga atau sedang berkeluarga... \\(^0^)//

Tuesday, August 11, 2015

Surga Yang Tak Dirindukan dan Ilmu Parenting

Depok, 29 Juli 2015
(21.03 WIB)



Pic taken from here


Alhamdulillaah tadi ba'da ashar jadi nonton "Surga Yang Tak Dirindukan" (SYTD) di Margo City, dan masih rame banget lhoo yang nontonnya (mengingat ini udah hari ke-13 setelah tayang perdana pas Idul Fitri kemarin)..

Sebelumnya mohon maaf ya kalo sinopsisnya mbleber, ini nulisnya sesukahati sayanya.. (n__n;)v 
Smoga bermanfaat...

Disclaimer --> Semua yang saya tulis disini, perspektif "parenting"-nya sejauh yang saya tau aja dari kajian, bacaan. Terbuka untuk pendapat berbeda.

Judulnya kenapa pake ada embel-embel "ilmu parenting" segala, karena saya pribadi terkesan banget sama tokoh Ibunya Arini..
IBUNYA ARINI ni 'rockstar' banget!!
Hikmah film berjalan baik karena nasihat-nasihat surgawi Ibunya Arini.. Ngga kebayang kalo Ibunya Arini tu emosian, labil, egois, bakal beneran cerai itu Arini sama Pras. Bubar deh filmnya.
Tokoh Ibunya Arini ini bener-bener jadi kayak cahaya-di-tengah-kegelapan..
Ibunya Arini yang nasihatin Arini berdasarkan pengalamannya dulu, dengan tetap mengedepankan syari'at Islam..
Moral story : Jadilah orangtua yang shalih dan shalihah kalo pengen anak-anaknya juga shalih dan shalihah. 

Jangan nuntut anak-anak kita shalih dan shalihah, beriman dan bertaqwa kepada Allaah kalo kita orangtuanya aja :
- masih suka ngulur-ngulur waktu shalat, 
- males nyari ilmu agama, 
- aktif nyinyirin Ulama, 
- ngehujat, ngatain orang-orang yang berusaha jalanin syari'at Islam....

Kedua, tentang Nadia yang suka dongeng sama kayak Arini (Bundanya Nadia).. Disini aku nangkep kalo apa yang seorang Ibu biasa lakukan, akan ditiru anak-anaknya. Di SYTD ini Arini suka mendongeng, Nadia juga ikut suka mendongeng seperti Bundanya.

Saya pernah baca, ada anak yang bisa nyanyi Twinkle-Twinkle Little Star, ternyata Ibunya dulu pas hamil si anak itu biasa mainin piano dengan nada lagu yang sama.

Saya lupa, tapi saya pernah baca (di WhatssApp kalo ngga salah inget) kalo janin dalam kandungan itu dapat mendengar suara di luar janin, khususnya suara Ibunya. Apa yang didengar, kata-kata apa yang keluar dari mulut Ibunya akan terdengar sampai ke rahim.

Selain itu, karakter dan kebiasaan anak mulai dari bayi, balita, remaja itu menyalin dari sikap dan tindakan orangtuanya. 

...................................... Karena saya nulis ini ngga langsung selesai, jadi saya udah lupa mau nulis apa lagi. Smoga tulisan sinopsis yang dikit ini bermanfaat. Mohon maaf atas kekurangan..

Marley & Me

Depok, 11 Agustus 2015
(20.42 WIB)


Pic taken from here


Ini filmnya ngga cuma tentang melihara puppy aja tapi juga tentang rumah tangga, being a stay-at-home Mom, parenting, pekerjaan dan keluarga.

Lumayan bikin nangis filmnya, padahal aslinya kan film lucu ya (terutama pas awal-awal filmnya).. Tapi lebih ke drama keluarga gitu sie..

Tentang rumah tangganya, tokoh pasutri utama di film ini tu abis nikah ngga langsung punya anak, tapi Suaminya tetep ngebesarin hati Istrinya dan Istrinya pun milih untuk ngga terlalu ngeribetin hal itu (secara ortu si Istri diceritain udah pengen banget punya Cucu)..

Tentang being a stay-at-home Mom-nya, digambarin kalo Jennifer Aniston disini fine pas anaknya masih satu. Masih  bisa ngurus kerjaan sekaligus jagain anaknya. Tapi pas dia tau hamil anak kedua, dia langsung mutusin untuk 100% di rumah buat ngurus anak-anak dan keluarganya. Suaminya bilang kalo dia suka sama pekerjaannya, dan Aniston bilang dia emang cinta sama pekerjaannya tapi kalo dia harus berkorban ya dia ngga mau ngorbanin anak-anaknya mending dia ngorbanin ngga kerja. 

Disini digambarin kalo dengan Aniston milih jadi stay-at-home Mom ngga berrarti dia selalu hepi dan kelar kerjaan rumah tangganya. Dia pernah saking capeknya dan marahnya trus nyuruh Suaminya buat naruh Marley di peternakan ortunya Aniston. Tapi pas malemnya Suaminya abis dari rumah temennya, Sebastian (diperanin ERIC DANE!), Aniston bilang kalo ngusir Marley ngga akan nylesein masalah, dan ngusir Suaminya (atau bahkan cerai) juga ngga akan memperbaiki apapun.

Tentang parenting, disini diliatin kalo tokoh utama cowonya, si Suami, itu termasuk family-man. Sayang sama Istrinya, perhatian sama anak-anaknya, ngga masalah rumah rame sama mainan anak-anaknya pas dia pulang kantor, bahagia main bareng sama anak-anaknya pas pulang kerja, nyantai sama sikap Marley yang 'beda' sama puppy pada umumnya, rela kerja lebih keras (termasuk minta kenaikan gaji) untuk dukung Istrinya jadi stay-at-home Mom.

Tentang pekerjaan dan keluarga, ini sebetulnya beda tema tapi berkaitan banget di film ini. Si tokoh utama, si Suami, ini awalnya digambarin kalo dia tu lebih suka jadi Reporter ketimbang Kolumnis. Tapi Istrinya, yang juga sama-sama kerja di media, bilang kalo tulisan dia di artikel koran itu bagus dan ngena. Tapi si Suami tetep ngeyel dan minta ke Atasannya buat dipindahin jadi Reporter. Atasannya bilang kalo banyak orang yang kerja di media berharap punya kolom khusus tulisan mereka.

Trus si Suami ngirim tulisan ke salah satu media cetak di Philadelphia dan dapet jadi Reporter. Begitu dia kerja, Atasannya yang baru bilang kalo dalam tulisan reportasi ngga boleh ada pendapat dari Reporter karena ini beda sama nulis di Kolom. Si Suami disitu keliatan nyadar kalo emang dia minat dan bakatnya itu jadi Kolumnis. Toh, ngga semua orang bisa nulis yang ngena ke publik, kan?

Akhirnya si Suami bilang ke Atasannya yang baru untuk baca tulisan dia yang terbaru buat dinilai. Si Atasan yang baru sebelumnya udah ngingetin kalo dia diterima karena minta jadi Reporter yang terjun ke lapangan, bukan Kolumnis.

Ada satu adegan yang bagus dari Jennifer, yaitu dimana dia bilang ke Suaminya, kemanapun Suaminya dapet kerja maka sekeluarga akan ikut kemana Suaminya pindah. Sweet..

Di pekerjaan barunya ini, si Suami ngga ambil rumah di tengah Kota yang deket sama kantornya, tapi ambil rumah agak jauh dari Kota. Rumahnya punya halaman luas dan deket sama sekolah anak-anaknya.

Terkait sama pekerjaannya, dia ketemu sama Sebastian dan disitu ada momen dimana hidup mereka berdua ngga berubah. Sebastian masih suka gonta-ganti tempat kerja dan kenalan sama banyak perempuan tapi belum mikirin hidup berkeluarga. Sedangkan si tokoh utama udah punya 3 anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan.

Kayanya itu sie poin-poin positif dari film ini.. Yang cukup berasa banget adalah gimana Jennifer Aniston berperan jadi Istri dan Ibu yang emang amanah ngurus rumah tangga dan keluarganya..

Tuesday, August 4, 2015

About Time

Depok, 4 Agustus 2015
(22.51 WIB)



Picture taken from here


Ini film cukup 'menipu' yah di beberapa sinopsisnya. Katanya tentang laki-laki yang dikasih tau Papanya kalo keluarga mereka yang cowo-cowo tu bisa ke masa lalu. Faktanya, ini cerita tentang Papa sama anak cowonya dan menyentuh banget... :"(

Scene dimana saya nangis itu ada di waktu 1 jam 50 menitan filmnya jalan. Itu pas si tokoh utama (sampe ngga meratiin namanya) main tenis meja sama Papanya dan Papanya menang, trus si anak ngusulin hadiahnya adalah kecupan. Papanya akhirnya ngerti kalo itu waktu terakhir anaknya bisa nemuin dia lagi, soalnya Istri anaknya ini mau ngelahirin anak ketiganya (yang saya juga ngga meratiin kenapa bisa gitu aturannya).

Picture taken from here

Di menit yang bikin saya nangis itu, si Papa minta anaknya buat mereka balik ke jaman si anak masih kecil dan mereka main ke pantai berdua... (T____T)
Backsound-nya mendukung pula..... Itu bener-bener momen dimana mereka seneng-seneng buat terakhir kalinya.... Mereka main di pantai, duduk-duduk di pinggir pantai, dan baru balik setelah mereka puas main bareng...

Abis itu, si tokoh utama itu mulai jarang balik ke masa lalunya.. Dia jadi Ayah yang perhatian banget sama keluarganya lebih dari sebelum ini.. Lebih semangat membersamai anak-anaknya setiap dia punya waktu untuk nemenin anak-anaknya.. Bangun pagi dan minta dia yang ngurus  Lebih bersyukur dan menikmati detik-detik yang dia lewatin, hari-harinya..

Serius. Ini cowonya tu biasa aja, (kayanya) kerja di lawfirm, nothing special about him. Tapi dia bersyukur, sayang dan perhatian sama keluarganya...

Hikmah yang gw ambil dari film ini adalah : ordinary life, simple life itu wajib disyukuri.. Ngga semua orang dapet kehidupan dunia yang bahagia, dengan sederhana tanpa harus terkenal. Ada yang mikir ribet, maunya high-expectation untuk apa yang didapet padahal yang terbaik itu (sebagaimana hadits) kontribusi positif sebanyak-banyaknya semampu kita ke sekitar kita... Dan, selalu bahagiakan orangtua kita selama mereka masih ada, sekuat daya-upaya kita...

Dunia ini hanya sementara, maka kita harus pastikan kalau nanti di akhirat, kita sekeluarga berkumpul di surga-Nya, duduk bareng Rasulullaah Shalallaahu Alaihi Wassalam bersama-sama melihat wajah Allaah... Aamiiiiin Allaahumma aamiiiiin....