Sunday, November 30, 2014

Wal Fajr. Dan siap-tidak-siap.

Depok, 30 November 2014
20.41 WIB
-di kamar-



Jadi, di umur yang-ke-seperempat-abad ini wajar lah kalo handai-taulan-sanak-kerabat-kanan-kiri-depan-belakang mule rame ngajuin pertanyan "kapan nikah?" instead of "kapan wisuda magister?" or "kapan kerja?"..

Saya mikirnya sie itu bentuk perhatian dan do'a.. Lha kan bagus ditanya menikah, bukan ditanya pacar (malah deket-deket zina), karena menikah kan salah satu sunnah Rasulullah SAW..

Sebetulnya semangat nikah (entah dalam keadaan sadar ato engga) itu paling brasa banget pas 2013 kemarin.. Kalo untuk sekarang-sekarang ini, lebih ke ya-emang-udah-umurnya-ya-harusnya-usaha-lah-ikhtiar-lah..

Tapi yah, semingguan ke belakang ini saya dapet pengalaman yang sepertinya cukup mencubit kesadaran saya.. Sejumlah grup WA ngaplot video sama : video Surat Al Fajr. :|

Dan saya baru sadar......................... Al Fajr terakhir di muraja'ah itu Ramadhan taun 2012 kemarin! Allah................ :"(

Ini bikin pengen ngapus postingan blog saya tentang nikahan. Bikin malu. Katanya mau bangun peradaban Islam, katanya mau mewujudkan Islam sebagai Ustadziyatul Alam, lhaa ini surat Al Fajr aja udah 'lepas'.

Wal Fajr.
Demi fajar.

Selama ini, waktu fajar saya abisin buat apa aja...? Manfaat atau mudharat atau sia-sia...?

Ada 2 yang bikin saya mikir-mikir lagi tentang pernikahan : 
1) Qur'an.... Hafalan 'lari-lari', Tafsir belum kelar dibaca......... </3
2) Masih belum jadi anak berbakti buat Bapak-Ibu, belum bahagiain Bapak-Ibu... :"""(

Tapitapitapiiii, katanya Bapak-Ibu udah pengen punya Cucu-Cucu........ Yah wajar yah, semua anaknya udah pada gede, udah gada imut-imutnya lagi... :(

Btw, dulu Ibu pernah bilang, "sampe kapanpun, Mba Ita akan jadi little daughter Ibu, walopun Mba Ita udah punya anak banyak, anak-anaknya udah pada gede semua dan Mba Ita udah gede, Mba Ita tetep jadi anak-perempuan-kecil buat Ibu...." :"""(

Ba'da maghrib tadi (karena sekarang udah ba'da isya) aku blog-walking daaann menemukan sesuatu yang nyentak hati, akal, dan pikiranku.. Menjadi jawaban atas tanya yang aku cari-cari selama ini, atas hipotesa yang aku anggap sebagai kebenaran sejati........ *bingung? gapapah, saya jugah*

Cita-citaku untuk menjadi pembantu rumah tangga saja di rumah tidak mau menikah sampai ibu meninggal tamat sudah. Tidak akan pernah ada. Mungkin karena rencana pengabdianku untuk ibu terlalu berlebihan, tuhan renggut ibu dariku  jauh-jauh sebelum aku berusia 19 tahun. Sebelum ia merasakan nikmatnya punya dokter gigi pribadi. Hmmh…


Sejak Juli 2007 lalu Bapak ngutarain izinnya kalo aku mau nikah di tengah-tengah kuliah S1, sampe sekarang lagi S2, aku berkesimpulan kalo profesi ter-menyenangkan-di-dunia itu adalah : menjadi Ibu Rumah Tangga yang ngurus keluarganya, aktif di masyarakat. Cukup. Titik.

Tengok kanan-kiri. Denger cerita kanan-kiri. Mayoritas cerita tentang mereka yang sampai usia kepala 3, 4 belum menikah.

Dari blog yang ditulis Shaliha Hasim diatas, jadi ngeh, jadi anak berbakti tu juga menyenangkan lhooo.... Balesannya sama-sama surga-Nya...

Saya pernah dalam posisi panik, knapa kok belum nikah-nikah juga....? 

Etapitapiii ternyata saya ktemu sama Mba-Mba yang udah nikah lewat 1-2 bulan dan belum hamil, bahkan ada yang melewati bilangan tahun masih berdua sama Suaminya..

Lalu, ada saudari saya yang harus merelakan bayinya kembali kepada Rabb-nya..

Disana, ada saudari saya yang lain yang mengalami keguguran saat janinnya sudah Allah izinkan hidup dalam rahimnya...

Allah.... Sesungguhnya hanya kepada-Mu-lah kami kembali... Hanya kepada-Mu-lah kami berserah..... (T_T)

Kembali pada tulisan blog yang qadarullah aku baca tadi, aku jadi ingat ucapan Ustadz yang pernah disampaikan di suatu kajian saat aku masih di Jogja, bahwa hidup kita, apapun yang terjadi, apapun amanah yang diberikan Allah kepada kita saat itu, menjadi mahasiswa, Guru, Dosen, Advokat, Penulis, apapun itu, kita harus selalu meniatkan sebagai ibadah hanya kepada Allah dan slalu berdo'a supaya semua yang kita lakukan mendapat ridha-Nya dan menjadi pemberat timbangan amal kita menuju surga-Nya kelak........ 

Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.... :")

Semua berhak atas surga-Nya. Semua berhak atas ampunan-Nya.
Sudah menikah, belum menikah.
Sarjana, bukan Sarjana.
Profesor, bukan Profesor.
Guru Besar, bukan Guru Besar.
Advokat, bukan Advokat.
Punya banyak anak, belum punya anak.
Pernah melahirkan, belum pernah melahirkan.

Allah...... :"(

Alhamdulillah, saya jadi semakin ketar-ketir mikirin nikah, persiapannya masih minim bahkan minus. ("-_-)

Bukannya saya tidak mau menikah, lha Bapak-Ibu maunya saya segera menikah, malah durhaka kalau saya nolak.... Tapi ya gitu... Walopun umur 25, tapi saya masih cengeng.. Kayanya belum dewasa, belum keibuan. Menurut saya.

Intinya postingan ini mah, mumpung masih Allah kasih waktu buat bahagiain Bapak-Ibu, ya dimaksimalin.. Kata Bapak, Adek bilang kalo aku belum maksimal kuliahnya, ya brarti sekarang musti di gas lagi smangat nyari ilmunya, smangat belajarnya, smangat bacanya, smangat bikin tugas-tugas yang bjibun... \\(^0^)//

Lagian, tempat paling asik tu ya rumah sendiri.. Tempat paling nyaman tu deket Bapak-Ibu sendiri.. Bebas kalo di keluarga sendiri mah....

Kalo perempuan udah nikah, ada Suami yang wajib nomer SATU dita'ati dan dipatuhi perintahnya (selama masih dalam koridor syari'at Islam), dibahagiakan hatinya.. Bapak-Ibu udah ngga jadi yang pertama lagi.............. :"""""((((

Bersyukuuurr... Bersyukur stiap saat..... Alhamdulillah dikasih hidup enak, nyaman, aman, yaahh kadang-kadang bete juga sie ada beberapa omongan yang kurang ngenakin ati dari beberapa diluar sana... Tapi kan, bahagianya kita tu di hati kita, bukan di kepala mereka. :)

"Apapun amanah yang dikasih Allah saat ini, jaga Ta... Jaga sebaik mungkin, semaksimal daya dan upaya kamu... Allah Maha Teliti dan ngga akan menyia-nyiakan hamba-Nya..."

Monday, November 10, 2014

Setelah Difikir-fikir

Kamar, 10 November 2014
-12.23 WIB-


Jadi, minggu lalu itu tema hidup saya adalah : Implementasi Syahadatain. Salimul Aqidah.

Bagaimana kita slalu mengingat bahwa tidaklah manusia dan jin diciptakan untuk :
b.e.r.i.b.a.d.a.h kepada Allah.. QS Adz-Dzariyat : 56.

Trus juga, qadarullah, minggu ini saya juga banyak mendapat nasihat tentang rezeki, jodoh, dan pernikahan. What a njedhagg week. Alhamdulillah 'alla kulli hal.. :")

Pagi ini, saya ngetik ulang catatan kajian Tausiyah Ba'da Dzuhur di Masjid UI Depok kemarin, pematerinya Ustadz Bachtiar Nasir. 
Dari kajiannya, ada bagian yang saat itu baru tau tentang hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah, yaitu Rasul dan para Sahabat ngga hijrah karena dakwah di Madinah lebih enak daripada di Mekkah. 

Di Mekkah mereka udah settled hidupnya, pekerjaannya, keluarganya. Di Madinah, ada siapa?
Di Mekkah udah ada air zam-zam yang jelas kualitasnya nomor 1. Di Madinah, yang ada malah kurang air.
Di Madinah malah banyak kaum Yahudi yang gasuka sama Rasulullah.

Tapi kenapa Rasul dan para Sahabat tetap hijrah dari Mekkah ke Madinah...?

>> T A ' A T  <<

Yang aku tangkep, bahwa apapun yang kita lakukan itu dasarnya HARUS karena PERINTAH ALLAH. Bukan yang lain.
Enak ngga enak. Suka ngga suka.
Dalam keadaan berat maupun ringan.

Balik ke materi pernikahan, barusan dzuhuran dan pas wudhunya Allah seperti ngasi suatu pemahaman di kepala saya :

"Sebetulnya, kehidupanku sekarang udah enak banget. Nyaman. Ada Bapak yang sayang sama aku, menghormati keputusanku berjilbab, mendukung ambisiku untuk fokus kuliah, memenuhi kesukaanku membaca. 
Lha kalo udah nikah, kan ntar hidupku ngga ditanggung Bapak, tapi ditanggung Suami yang notabene laki-laki lain. Emang bakal tetep enak kayak sekarang..? Trus, ngapain minta nikah ke Allah...? Kan sekarang udah enak hidupnya, udah nyaman mau ngapa-ngapain."

Sesuai kajian Ustadz Bachtiar Nasir kemarin Sabtu, bahwa semua yang kita lakukan haruslah berdasar perintah Allah.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk mencari ilmu.
Allah juga memerintahkan umat-Nya untuk menikah.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk bekerja yang halal.

Masing-masing kita udah diatur Allah, tugas kita tinggal jalanin. 
Apa yang kita jalanin, itu juga termasuk ujian kita : kita jalanin dengan baik & benar sesuai syari'at-Nya kah...? Atau kita sia-siain aja...?

Setelah difikir-fikir, hidup kita sebagai Muslim tu simpel. 
Enak. 
Smua udah diurus Allah.
Tugas kita tinggal jalanin sesuai yang Allah suruh.
Trus ntar di akhirat, kita tinggal masuk ke surga-Nya dan melihat wajah-Nya sebagai puncak kenikmatan tertinggi.
Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.... (T__T)

Cuma emang, gabisa kita lupain juga janji Iblis untuk menyesatkan kita umat manusia supaya ikut nemenin Iblis di neraka.
Kalo dipikir-pikir, kasian sie sebetulnya sama Iblis, Iblis kok membangkang gitu, sombong gitu, padahal kan Iblis tau kalo Allah itu Yang Maha Menciptakan, Allah juga Maha Pengampun, kok Iblis malah nantangin buat nyesatin manusia.............. :"((

"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: 

"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian yang mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". 

Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.

Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka." [QS Ibrahim : 22-23]

Inti curhatan saya kali ini, smoga kita smua slalu berfikir positif, husnudzhan ke Allah apapun yang terjadi. Kata Aa Gym, senang atau sedih itu cuma perasaan manusia aja yang sangat mungkin diganggu setan. Yang terpenting adalah apapun yang kita alami, apapun yang kita dapat, apapun yang kita jalani smuanya membuat kita slalu ingat ke Allah, kembali ke Allah, dan mendapat ridha Allah.

Kurang-lebih seperti itu. Maaf kalau ada salah kata, salah maksud...
Smoga bermanfaat bagi saya yang menulis dan juga kepada yang membaca...
Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin... :")



Tuesday, November 4, 2014

Ujian itu.

Depok, 4 November 2014
(19.57 WIB)



Ujian itu....

Benar lah,
Bahwa sesungguhnya ujian itu ada..

Ujian,
Bagi mereka yang diberi kesempatan untuk mendapat ampunan-Nya..
Bagi mereka yang diberi kesempatan untuk menaikkan kualitas dirinya..
Bagi mereka yang diberi kesempatan untuk membuktikan keimanannya..

Bersemangatlah wahai diri..
Bersemangatlah wahai Saudari..

Allah hanya menguji sesuai kadar hamba-Nya.
Tidak kurang.
Tidak lebih.

Allah Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
Apapun yang terjadi.

Dan bahwa setiap do'a mengandung konsekwensi.......
Konsekwensi untuk diuji,
Setangguh apa daya juang kita,
Sekokoh apa ketahanan iman kita,
Sekuat apa ke-istiqamah-an kita...
Maka mohonlah kekuatan hanya kepada Allah Yang Maha Kuat...

Allah Maha Melihat,
Allah Maha Mengetahui,
Allah tidak abai atas apa yang hamba-Nya lakukan,
Allah tidak berdiam atas apa yang hamba-Nya alami..

Iman menjadi pegangan...
Sabar dan syukur menjadi obat...

Allah tidak menyukai hamba-Nya yang berputus asa dari rahmatnya,
maka benar lah.. Harapan. Itu. Masih. Ada.

Alhamdulillah 'ala kulli hal.... (^_^)



Pic taken from WhatssApp