Friday, December 19, 2014

Fedi. Supernova. Pernikahan Visioner.

Depok, 17 Desember 2014
-kamar-



Picture taken from here



Rabu kemarin (16/12) ba’da dzuhur kemarin saya nonton Supernova di Detos sama Nandika. Skalian breaklunch sama Nandika ke TM abis nonton. Pas makan di HokBen, kita (terutama Nandika) sharing beberapa hal. 

Sekian tentang pertemuan saya dan Nandika.

Postingan kali ini ngga akan terlalu banyak bahas film/novel Supernova-nya, Karena pasti udah banyak yang baca/nonton. Tapi lebih ke bahas Fedi Nuril dan Pernikahan, khususnya pernikahan dalam kacamata dakwah. Bagi saya pribadi, pernikahan dakwah adalah pernikahan yang visioner. 

Pernikahan visioner = pernikahan dakwah.

Mungkin ada yang punya definisi berbeda, ngga masalah, itu pilihan, silahkan.

Oya, kenapa Fedi Nuril…? Karena beberapa hari lalu saya baca berita tentang Supernova dan ada pertanyaan Fedi Nuril yang menurut saya menarik untuk ditulis. Di Supernova ini, Fedi Nuril meranin Arwin, Suami Rana (Raline Shah).  

Tentang Fedi Nuril, saya akui saya cukup mengapresiasi sosoknya. Beberapa hari lalu saya lihat background Twitter-nya adalah pembelaan terhadap Palestina dan isi twitnya yang beberapa bulan ke belakang ini bahas Islam. Juga, Fedi Nuril jadi Host di acara “Kaki Langit” di RCTI.  Bagi yang pernah baca Shirah Nabawiyah, Shirah Sahabat, acara ini menyenangkan.

Walaupun tertarik dengan Fedi Nuril, tapi akting beliau di Supernova ini menurutku bagus dan agak canggung. Menurutku lho.

Akting yang terlihat natural dan menghayati peran itu Arifin Putra. Dan smoga beliau tidak benar-benar gay.

Tentang film Supernova sendiri, Sutradara Rizal Mantovani bener-bener keren. Jelangkung. Tusuk Jelangkung. 5 cm. Supernova.

Jujur, sampe sekarang masih ngga berani nonton Jelangkung sama Tusuk Jelangkung lagi walopun itu termasuk film favorit.

Balik ke judul postingan ini. Alasan ngambil judulnya karena saya abis baca berita disini dan Fedi Nuril melontarkan satu pertanyaan :

Arwin dan istrinya Rana itu, datang dari keluarga terpandang. Dan sebagai suami, Arwin adalah lelaki baik dan bertanggung jawab. Ia menafkahi istrinya lahir batin untuk membuat Rana bahagia. Lalu,mendadak muncul sosok Ferre, pria yang membuat Rana berpaling. Nah, buat saya pribadi, hal itu terasa aneh. Kok bisa ya, saat semuanya tidak ada masalah, seorang istri selingkuh? Ternyata menjadi suami yang baik itu sulit.”

Pas baca beritanya, langsung mikir (dengan jawaban yang berdasarkan pemahaman saya tentunya), “mungkin karena pas nikah dulu beda niat. Arwin niatnya membangun keluarga bahagia seperti orangtuanya, sekaligus bukti cinta kepada Rana. Sedangkan niat Rana menikah itu karena kemauan Ibu Mertuanya. Mungkin.

Tentang niat, khususnya dalam memutuskan menikah, ini penting.

Picture taken from Instagram Teladan Rasul

Nah. Abis tadi bahas Fedi Nuril, Arwin, dan Supernova. Sekarang bahas tentang pernikahan, khususnya pernikahan dakwah.

*uuum… Walopun sebetulnya pengen bahas tentang “Ayat Ayat Cinta” (2008) juga karena sosok Arwin sama Fahri kayanya mirip dan sama-sama diperankan Fedi Nuril, tapi kayanya bakal melebar kemana-mana jadi di stop sampe Supernova aja. Insyaa Allah tentang “Ayat Ayat Cinta” dibahas di tulisan lain*

Tentang pernikahan dakwah. Bagi umat Islam, menikah bukan hanya urusan melegalkan dan menghalalkan hubungan biologis, tapi (mengutip Ustadz Anis Matta disini) pernikahan adalah peristiwa peradaban yang mengubah demografi. Lihat sejumlah Negara di Eropa yang jumlah generasi mudanya lebih sedikit dibanding kaum orangtuanya, peradaban akan runtuh dengan sendirinya tanpa perang tanpa wabah penyakit. Untuk lebih jelasnya, bisa tonton video di Youtube judulnya, “Ketakutan Barat atas Jumlah Kaum Muslimin”.

Dan terkait Pernikahan Visioner, bisa ditonton juga video kajian Ustadz Salim A Fillah di Youtube dengan judul, “Pernikahan Visioner”.

Berdasar sejumlah bacaan dan kajian, saya menyimpulkan kalau pernikahan visioner itu adalah pernikahan dakwah.

Pernikahan Visioner bagi saya adalah pernikahan yang selalu diberkahi Allah di dunia hingga ke surga-Nya kelak. Dan cara untuk mendapat berkah Allah, pertolongan Allah adalah dengan berdakwah. Berdakwah itu ngga cuma ngajak orang lain untuk mau kembali ke hukum Allaah, tapi juga untuk diri kita sendiri selalu ingat untuk selalu istiqamah berjalan diatas agama Allaah, untuk selalu istiqamah menolong agama-Nya.

Saya pernah dikasih tau tentang pendakwah ini ibarat orang adzan. Orang yang adzan kan ngasi tau orang lain untuk ke masjid, shalat jama’ah. Tapi ketika orang itu adzan, dia kan belum shalat, dia kan lagi ngga shalat.

Ketika baca/denger kata “pendakwah”, “dakwah”, “da’i” bisa jadi beberapa orang akan ngrasa berat, kayanya jauuuhh bangeett. Iya. Itulah yang saya pikir dulu. Kayanya berat banget, jauh dari saya. Itu pikiran saya pas SMA dulu. Tahun 2004-2006 akhir.

Mulai dari tengah Mei 2007 sampe hari ini, pelan-pelan saya mulai paham makna dan contoh “dakwah” itu. Berikut beberapa contoh yang bisa saya berikan terkait pengamalan dakwah di kehidupan sehari-hari :
1) Memakai busana yang menutup aurat, tidak membentuk tubuh, tidak menerawang, itu dakwah.
2) Bersikap baik, ramah, sopan kepada semua orang, itu dakwah.
3) Bersuara menolak ketika jilbab dilarang, itu dakwah.
4) Memilih pemimpin yang dekat dengan Islam dan patuh dengan ‘Ulama serta mengajak orang lain untuk memilihnya, itu dakwah.

Makna “dakwah” sendiri adalah mengajak orang lain untuk hanya menyembah kepada Allaah dan menjalankan semua aturan-Nya. Intinya, menghamba hanya kepada Allaah, bukan yang lain. Bukan menghamba pada cinta. Bukan menghamba pada syahwat. Bukan menghamba kepada hawa nafsu. Bukan menghamba pada uang, jabatan, tanah, artis, tokoh, dan lainnya.

Kembali ke pernikahan dan Supernova, ada satu dialognya yang menarik yaitu pertanyaan Arwin ke Cyber Avatar Supernova, 

“bisakah seseorang menikah tanpa dasar cinta?”

Entah gimana redaksional tepatnya, intinya Arwin mempertanyakan apakah mungkin pernikahan dibangun tanpa ada cinta sebelumnya?

Menurut saya, ngga mungkin. Pasti ada cinta sebelumnya.

Entah itu cinta ke pasangan yang dia nikahin. Atau cinta ke latar belakang sosial pasangannya. Atau cinta ke orangtuanya yang udah yakin banget sama pasangannya. Atau cinta ke Allah. Atau apapun.

Pasti ada cinta sebelum memutuskan lanjut ke pernikahan.

Seorang Ustadzah pernah bilang ke saya, “yang menyelamatkan pernikahan hingga puluhan tahun itu BUKAN CINTA, tapi IMAN.”

“Jangan menikah hanya karena cinta. Menikahlah karena Allah memberikan amanah pernikahan kepada kita, saat calonnya datang. Karena pernikahan pasti ada masalahnya, besar atau kecil, dan yang menyelamatkan pernikahan bahkan hingga puluhan tahun itu HANYA ALLAH. Bukan cinta.

“Saya menikah karena Allah dan saya mempertahankan pernikahan pun juga karena Allah.”

Kembali ke Fedi Nuril, Supernova, dan Pernikahan Visioner. Hikmah yang saya dapet banget dari film Supernova ini adalah :
1) Selalu berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah.

2) Tuntunan Rasul untuk perempuan memilih Suami adalah yang kita ridha dengan akhlaq dan agamanya. Tentang poin kedua ini bisa lebih lanjut dibaca di blog Kurniawan Gunadi yang judulnya, “Lelaki Shalih Belum Tentu Menjadi Suami Shalih” dan “Agama adalah Hakim”. Selain itu tulisan-tulisan lain di Tumblr-nya tentang pernikahan (ada di label "SPN") juga inspiratif dengan bahasa yang simpel dan mengena.

Sekian untuk postingan kali ini. Semoga bermanfaat. Dan semoga Fedi Nuril dimudahkan Allaah untuk segera bertemu dengan jodoh terbaiknya seorang muslimah shalihah, barakah pernikahan dan rumah tangganya di dunia hingga surga-Nya kelak, dimudahkan pula mendapat keturunan-keturunan yang menjadi penyejuk mata sebagaimana dalam Qur'an Surah Al Furqan ayat 74. Aamiiiiin Allaahumma aamiiiiin.

Picture taken from #HalaqahCinta

Sunday, November 30, 2014

Wal Fajr. Dan siap-tidak-siap.

Depok, 30 November 2014
20.41 WIB
-di kamar-



Jadi, di umur yang-ke-seperempat-abad ini wajar lah kalo handai-taulan-sanak-kerabat-kanan-kiri-depan-belakang mule rame ngajuin pertanyan "kapan nikah?" instead of "kapan wisuda magister?" or "kapan kerja?"..

Saya mikirnya sie itu bentuk perhatian dan do'a.. Lha kan bagus ditanya menikah, bukan ditanya pacar (malah deket-deket zina), karena menikah kan salah satu sunnah Rasulullah SAW..

Sebetulnya semangat nikah (entah dalam keadaan sadar ato engga) itu paling brasa banget pas 2013 kemarin.. Kalo untuk sekarang-sekarang ini, lebih ke ya-emang-udah-umurnya-ya-harusnya-usaha-lah-ikhtiar-lah..

Tapi yah, semingguan ke belakang ini saya dapet pengalaman yang sepertinya cukup mencubit kesadaran saya.. Sejumlah grup WA ngaplot video sama : video Surat Al Fajr. :|

Dan saya baru sadar......................... Al Fajr terakhir di muraja'ah itu Ramadhan taun 2012 kemarin! Allah................ :"(

Ini bikin pengen ngapus postingan blog saya tentang nikahan. Bikin malu. Katanya mau bangun peradaban Islam, katanya mau mewujudkan Islam sebagai Ustadziyatul Alam, lhaa ini surat Al Fajr aja udah 'lepas'.

Wal Fajr.
Demi fajar.

Selama ini, waktu fajar saya abisin buat apa aja...? Manfaat atau mudharat atau sia-sia...?

Ada 2 yang bikin saya mikir-mikir lagi tentang pernikahan : 
1) Qur'an.... Hafalan 'lari-lari', Tafsir belum kelar dibaca......... </3
2) Masih belum jadi anak berbakti buat Bapak-Ibu, belum bahagiain Bapak-Ibu... :"""(

Tapitapitapiiii, katanya Bapak-Ibu udah pengen punya Cucu-Cucu........ Yah wajar yah, semua anaknya udah pada gede, udah gada imut-imutnya lagi... :(

Btw, dulu Ibu pernah bilang, "sampe kapanpun, Mba Ita akan jadi little daughter Ibu, walopun Mba Ita udah punya anak banyak, anak-anaknya udah pada gede semua dan Mba Ita udah gede, Mba Ita tetep jadi anak-perempuan-kecil buat Ibu...." :"""(

Ba'da maghrib tadi (karena sekarang udah ba'da isya) aku blog-walking daaann menemukan sesuatu yang nyentak hati, akal, dan pikiranku.. Menjadi jawaban atas tanya yang aku cari-cari selama ini, atas hipotesa yang aku anggap sebagai kebenaran sejati........ *bingung? gapapah, saya jugah*

Cita-citaku untuk menjadi pembantu rumah tangga saja di rumah tidak mau menikah sampai ibu meninggal tamat sudah. Tidak akan pernah ada. Mungkin karena rencana pengabdianku untuk ibu terlalu berlebihan, tuhan renggut ibu dariku  jauh-jauh sebelum aku berusia 19 tahun. Sebelum ia merasakan nikmatnya punya dokter gigi pribadi. Hmmh…


Sejak Juli 2007 lalu Bapak ngutarain izinnya kalo aku mau nikah di tengah-tengah kuliah S1, sampe sekarang lagi S2, aku berkesimpulan kalo profesi ter-menyenangkan-di-dunia itu adalah : menjadi Ibu Rumah Tangga yang ngurus keluarganya, aktif di masyarakat. Cukup. Titik.

Tengok kanan-kiri. Denger cerita kanan-kiri. Mayoritas cerita tentang mereka yang sampai usia kepala 3, 4 belum menikah.

Dari blog yang ditulis Shaliha Hasim diatas, jadi ngeh, jadi anak berbakti tu juga menyenangkan lhooo.... Balesannya sama-sama surga-Nya...

Saya pernah dalam posisi panik, knapa kok belum nikah-nikah juga....? 

Etapitapiii ternyata saya ktemu sama Mba-Mba yang udah nikah lewat 1-2 bulan dan belum hamil, bahkan ada yang melewati bilangan tahun masih berdua sama Suaminya..

Lalu, ada saudari saya yang harus merelakan bayinya kembali kepada Rabb-nya..

Disana, ada saudari saya yang lain yang mengalami keguguran saat janinnya sudah Allah izinkan hidup dalam rahimnya...

Allah.... Sesungguhnya hanya kepada-Mu-lah kami kembali... Hanya kepada-Mu-lah kami berserah..... (T_T)

Kembali pada tulisan blog yang qadarullah aku baca tadi, aku jadi ingat ucapan Ustadz yang pernah disampaikan di suatu kajian saat aku masih di Jogja, bahwa hidup kita, apapun yang terjadi, apapun amanah yang diberikan Allah kepada kita saat itu, menjadi mahasiswa, Guru, Dosen, Advokat, Penulis, apapun itu, kita harus selalu meniatkan sebagai ibadah hanya kepada Allah dan slalu berdo'a supaya semua yang kita lakukan mendapat ridha-Nya dan menjadi pemberat timbangan amal kita menuju surga-Nya kelak........ 

Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.... :")

Semua berhak atas surga-Nya. Semua berhak atas ampunan-Nya.
Sudah menikah, belum menikah.
Sarjana, bukan Sarjana.
Profesor, bukan Profesor.
Guru Besar, bukan Guru Besar.
Advokat, bukan Advokat.
Punya banyak anak, belum punya anak.
Pernah melahirkan, belum pernah melahirkan.

Allah...... :"(

Alhamdulillah, saya jadi semakin ketar-ketir mikirin nikah, persiapannya masih minim bahkan minus. ("-_-)

Bukannya saya tidak mau menikah, lha Bapak-Ibu maunya saya segera menikah, malah durhaka kalau saya nolak.... Tapi ya gitu... Walopun umur 25, tapi saya masih cengeng.. Kayanya belum dewasa, belum keibuan. Menurut saya.

Intinya postingan ini mah, mumpung masih Allah kasih waktu buat bahagiain Bapak-Ibu, ya dimaksimalin.. Kata Bapak, Adek bilang kalo aku belum maksimal kuliahnya, ya brarti sekarang musti di gas lagi smangat nyari ilmunya, smangat belajarnya, smangat bacanya, smangat bikin tugas-tugas yang bjibun... \\(^0^)//

Lagian, tempat paling asik tu ya rumah sendiri.. Tempat paling nyaman tu deket Bapak-Ibu sendiri.. Bebas kalo di keluarga sendiri mah....

Kalo perempuan udah nikah, ada Suami yang wajib nomer SATU dita'ati dan dipatuhi perintahnya (selama masih dalam koridor syari'at Islam), dibahagiakan hatinya.. Bapak-Ibu udah ngga jadi yang pertama lagi.............. :"""""((((

Bersyukuuurr... Bersyukur stiap saat..... Alhamdulillah dikasih hidup enak, nyaman, aman, yaahh kadang-kadang bete juga sie ada beberapa omongan yang kurang ngenakin ati dari beberapa diluar sana... Tapi kan, bahagianya kita tu di hati kita, bukan di kepala mereka. :)

"Apapun amanah yang dikasih Allah saat ini, jaga Ta... Jaga sebaik mungkin, semaksimal daya dan upaya kamu... Allah Maha Teliti dan ngga akan menyia-nyiakan hamba-Nya..."

Monday, November 10, 2014

Setelah Difikir-fikir

Kamar, 10 November 2014
-12.23 WIB-


Jadi, minggu lalu itu tema hidup saya adalah : Implementasi Syahadatain. Salimul Aqidah.

Bagaimana kita slalu mengingat bahwa tidaklah manusia dan jin diciptakan untuk :
b.e.r.i.b.a.d.a.h kepada Allah.. QS Adz-Dzariyat : 56.

Trus juga, qadarullah, minggu ini saya juga banyak mendapat nasihat tentang rezeki, jodoh, dan pernikahan. What a njedhagg week. Alhamdulillah 'alla kulli hal.. :")

Pagi ini, saya ngetik ulang catatan kajian Tausiyah Ba'da Dzuhur di Masjid UI Depok kemarin, pematerinya Ustadz Bachtiar Nasir. 
Dari kajiannya, ada bagian yang saat itu baru tau tentang hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah, yaitu Rasul dan para Sahabat ngga hijrah karena dakwah di Madinah lebih enak daripada di Mekkah. 

Di Mekkah mereka udah settled hidupnya, pekerjaannya, keluarganya. Di Madinah, ada siapa?
Di Mekkah udah ada air zam-zam yang jelas kualitasnya nomor 1. Di Madinah, yang ada malah kurang air.
Di Madinah malah banyak kaum Yahudi yang gasuka sama Rasulullah.

Tapi kenapa Rasul dan para Sahabat tetap hijrah dari Mekkah ke Madinah...?

>> T A ' A T  <<

Yang aku tangkep, bahwa apapun yang kita lakukan itu dasarnya HARUS karena PERINTAH ALLAH. Bukan yang lain.
Enak ngga enak. Suka ngga suka.
Dalam keadaan berat maupun ringan.

Balik ke materi pernikahan, barusan dzuhuran dan pas wudhunya Allah seperti ngasi suatu pemahaman di kepala saya :

"Sebetulnya, kehidupanku sekarang udah enak banget. Nyaman. Ada Bapak yang sayang sama aku, menghormati keputusanku berjilbab, mendukung ambisiku untuk fokus kuliah, memenuhi kesukaanku membaca. 
Lha kalo udah nikah, kan ntar hidupku ngga ditanggung Bapak, tapi ditanggung Suami yang notabene laki-laki lain. Emang bakal tetep enak kayak sekarang..? Trus, ngapain minta nikah ke Allah...? Kan sekarang udah enak hidupnya, udah nyaman mau ngapa-ngapain."

Sesuai kajian Ustadz Bachtiar Nasir kemarin Sabtu, bahwa semua yang kita lakukan haruslah berdasar perintah Allah.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk mencari ilmu.
Allah juga memerintahkan umat-Nya untuk menikah.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk bekerja yang halal.

Masing-masing kita udah diatur Allah, tugas kita tinggal jalanin. 
Apa yang kita jalanin, itu juga termasuk ujian kita : kita jalanin dengan baik & benar sesuai syari'at-Nya kah...? Atau kita sia-siain aja...?

Setelah difikir-fikir, hidup kita sebagai Muslim tu simpel. 
Enak. 
Smua udah diurus Allah.
Tugas kita tinggal jalanin sesuai yang Allah suruh.
Trus ntar di akhirat, kita tinggal masuk ke surga-Nya dan melihat wajah-Nya sebagai puncak kenikmatan tertinggi.
Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.... (T__T)

Cuma emang, gabisa kita lupain juga janji Iblis untuk menyesatkan kita umat manusia supaya ikut nemenin Iblis di neraka.
Kalo dipikir-pikir, kasian sie sebetulnya sama Iblis, Iblis kok membangkang gitu, sombong gitu, padahal kan Iblis tau kalo Allah itu Yang Maha Menciptakan, Allah juga Maha Pengampun, kok Iblis malah nantangin buat nyesatin manusia.............. :"((

"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: 

"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian yang mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". 

Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.

Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka." [QS Ibrahim : 22-23]

Inti curhatan saya kali ini, smoga kita smua slalu berfikir positif, husnudzhan ke Allah apapun yang terjadi. Kata Aa Gym, senang atau sedih itu cuma perasaan manusia aja yang sangat mungkin diganggu setan. Yang terpenting adalah apapun yang kita alami, apapun yang kita dapat, apapun yang kita jalani smuanya membuat kita slalu ingat ke Allah, kembali ke Allah, dan mendapat ridha Allah.

Kurang-lebih seperti itu. Maaf kalau ada salah kata, salah maksud...
Smoga bermanfaat bagi saya yang menulis dan juga kepada yang membaca...
Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin... :")



Tuesday, November 4, 2014

Ujian itu.

Depok, 4 November 2014
(19.57 WIB)



Ujian itu....

Benar lah,
Bahwa sesungguhnya ujian itu ada..

Ujian,
Bagi mereka yang diberi kesempatan untuk mendapat ampunan-Nya..
Bagi mereka yang diberi kesempatan untuk menaikkan kualitas dirinya..
Bagi mereka yang diberi kesempatan untuk membuktikan keimanannya..

Bersemangatlah wahai diri..
Bersemangatlah wahai Saudari..

Allah hanya menguji sesuai kadar hamba-Nya.
Tidak kurang.
Tidak lebih.

Allah Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk hamba-Nya.
Apapun yang terjadi.

Dan bahwa setiap do'a mengandung konsekwensi.......
Konsekwensi untuk diuji,
Setangguh apa daya juang kita,
Sekokoh apa ketahanan iman kita,
Sekuat apa ke-istiqamah-an kita...
Maka mohonlah kekuatan hanya kepada Allah Yang Maha Kuat...

Allah Maha Melihat,
Allah Maha Mengetahui,
Allah tidak abai atas apa yang hamba-Nya lakukan,
Allah tidak berdiam atas apa yang hamba-Nya alami..

Iman menjadi pegangan...
Sabar dan syukur menjadi obat...

Allah tidak menyukai hamba-Nya yang berputus asa dari rahmatnya,
maka benar lah.. Harapan. Itu. Masih. Ada.

Alhamdulillah 'ala kulli hal.... (^_^)



Pic taken from WhatssApp

Friday, October 31, 2014

Untuk Apa Menikah ? Menikah, Untuk Apa ?

Depok, 31 Oktober 2014
(19.21 WIB)


Jadi, smalem gw telfon-telfonan untuk hampir 6 jam (21.00 - 02.00 WIB) sama temen sekampus yang juga sekosan, Vidi.

Diantara semua tema dan materi obrolan, becandaan, serta kedudulan yang kami bahas semaleman, ada 1 yang gw ceritain ke Vidi terkait pernikahan. Yang dulu pernah dibahas dan gw udah nemu jawabannya sekarang.

Sekitar 2013an kemarin atau awal 2014 awal, saya main ke Jogja dan nginep di kosan tepatnya kamar Uchi. Waktu itu, sekitar malem, saya, Uchi dan Vidi leyeh-leyeh di kamar Uchi. Entah gimana, jadinya sampe bahas masalah pernikahan.

Dalam obrolan kami saat itu, Vidi bilang kalo gw belum nikah karena gw belum siap. Uchi sepakat. 

"Allah ngga ngasih lo nikah sekarang karena Allah tau lo belum siap untuk nikah.", kata Vidi.

"Iya Mba, Mba Ita menurutku belum siap untuk  nikah.", Uchi yakin.

"Haa...? Gw siap koook....", gw kaget, nolak pernyataan mereka, sekaligus ngga yakin sama jawaban gw sendiri kalo gw bilang gw belum siap nikah.

Sejujurnya, saat itu emang gw yakin kalo gw belum sepenuhnya yakin untuk nikah saat itu atau dalam waktu dekat. 

-___-a

Pas gw cerita itu semalem ke Vidi, Vidi bilang kalo dia inget dan dia bilang kalo dia menilai gw belum siap menikah karena gw belum tau apa tujuan gw nikah. Vidi ngibaratin kayak mau beli tas. Gw mau beli tas, gw siap beli tas, tapi gw gatau mau beli tas yang kayak gimana.

Trus gw ceritain ke Vidi kalo gw udah nemuin jawabannya.

~QS Muhammad : 7 ~

...Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu...

Itu salah satu ayat di Al Qur'an yang gw suka sejak SMA (entah kelas berapa, lupa).
Jadi, waktu itu ada acara Rohis dan kita yang hadir dapet semacam suvenir pembatas buku handmade by Anggota Rohis. Pembatas bukunya ada tulisan ayat atau kutipan Hadits gitu dan gw dapet pembatas buku dengan ayat ketujuh surat Muhammad.
Gw masih inget, gw ngrasa dapet kekuatan, optimistis, keyakinan yang kuat (entah apa), setelah gw baca ayat itu.

Gw ngga ngerti gimana penjabaran tafsirnya. Tapi saat itu gw yakin kalo sebenarnya gw lah yang butuh untuk nolong Islam. 
Pikiran gw saat itu, "gw butuh Allah, dan cara supaya Allah mau nolong gw adalah dengan nolong agama-Nya. Okay. I'll support Islam."
Simpel. Gapake ribet.

Gw bilang ke Vidi, ayat itulah yang jadi dasar gw nemuin tujuan apa gw nikah. Dan insya Allah gw yakin dengan jawaban gw.

Gw jelasin kalo mungkin bisa jadi akan muncul pertanyaan, gimana caranya pernikahan itu termasuk "menolong agama Allah".....?

Well, ini akan gw jawab subyektif berdasarkan sependek wawasan keislaman gw. Bisa jadi benar, bisa jadi keliru.

"Menolong agama Allah" dalam pernikahan tu menurut gw dapat diwujudkan dengan hal-hal konkrit sebagai berikut : 

Menjalankan tanggung-jawab sebagai Istri, Ibu, Menantu, Tetangga, Saudara sesuai yang tuntunan Rasulullah. Nulisnya mah santai, prakteknya smoga Allah mudahkan. Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin...

Dari 1 poin diatas yang masih umum-abstrak banget, menurut gw tindakan konkritnya adalah dengan menjadi Full-Time Mom, Kyoiku Mom, Stay-at-Home Mom, atau apapun lah sebutannya yang menunjukkan menjadi Ibu yang 100% ngurus rumah tangga. 

Gw pribadi ngga masalah dengan Ibu-Ibu lain yang mau jadi Working-at-Office Mom, atau Business Mom atau Freelancer Mom
Apapun pilihannya, yang penting rumah tangga dan keluarga tetep keurus. 

Jujur yah, sejak kelas 1 SMA gw nonton "Cheaper by Dozen" dan baru-baru ini tau ada serial tivi salah satu pasutri di AS dengan 19 anaknya judulnya "19 Kids and Counting", gw semakin mengukuhkan impian gw untuk memiliki banyak anak. Sebanyak yang Allah percayain ke Suami gw nantinya.

Intinya adalah, menjadi Istri dan Ibu yang mengurus rumah tangganya, keluarganya. Dan juga masyarakat.

Untuk kontribusi ke masyarakat, itu harus dipikirin matang-matang lagi.
Buat gw, ini termasuk wajib.
Gw punya contoh Ummahat selain Ibu yang profesinya Ibu Rumah Tangga dengan punya bisnis yang udah mapan dan tetep kontributif ke masyarakat.

Tentang menjadi Ibu Rumah Tangga, beberapa orang berpikir kalo akan menyulitkan Istri kalau sesuatu hal terjadi ke Suami, misal : Suami sakit keras dan tidak memungkinkan untuk membiayai operasional rumah tangga. Istri sudah lama tidak bekerja, lalu bagaimana..? Hidup dari belas kasihan Saudara, Tetangga....? Not an option.

I was thinking about this. 
A woman who focus on her marraige and family as we known as Ibu Rumah Tangga, doesn't mean she can't have income. 
She still can.
She can write many books.
She can build online shop.
She can cook for catering.
She can make cakery, bakery, cookies.
She can do many things and still stay at home and still get income.

Bapak pernah bilang, kalo Istri bekerja itu bukan untuk menyaingi Suami.
Gw pribadi sepakat sama Bapak, karena salah satu idola gw adalah Zainab binti Jahsy. Istri Rasulullah yang langsung nyusul Rasul setelah Rasul meninggal.
Zainab binti Jahsy sukses nyusul Rasul pertama kali karena beliaulah satu-satunya Istri Rasul yang bersedekah dari hasil kerjanya, menjual kulit Unta yang sudah disamak.

Selain Zainab binti Jahsy, idola pertama gw adalah Khadijah. Istri pertama Rasulullah. I adore her marriage with Rasulullah.
Khadijah adalah Istri yang Rasulullah sangat cintai.
Khadijah adalah Istri yang Rasulullah mendapatkan anak-anak.
Khadijah adalah Istri Rasulullah yang mendukung total perjuangan dakwah Rasulullah pertama kali.
Khadijah adalah Istri Rasulullah yang percaya 100% ke Rasulullah disaat banyak yang meragukan Rasul.

Gw inget 1 buku bagus yang pertama kali bikin gw mikir kalo hidup gw harus berjalan di jalur agama Islam.
Di buku itu, yang paling gw inget adalah kalimat, intinya: 

"jangan jadi perempuan spons. Perempuan yang menyerap segalanya, baik dan buruk, semuanya diserap tanpa saringan. Jadilah perempuan yang pemikirannya selalu menyaring dan hanya mengambil yang baik saja. Dan penyaring terbaik adalah agama. Islam. Semua yang pikirkan, semua yang kita katakan, semua yang kita lakukan adalah berdasarkan syari'at Islam."

Buku kedua yang membuat gw semangat untuk ngebela Islam adalah bukunya Jerry D. Gray yang judulnya "Bayang-Bayang Gurita". Kayanya sekarang udah ngga dicetak lagi bukunya, dan buku punya gw ilang entah dipinjem siapa. :(
Buku itu pertama kali gw tau karena dapet tugas ngeresensi di Mentoring pas kelas 2 SMA. 
Siang pas liqo' saat itu ditugasin, sorenya pas sebelum balik ke rumah, gw beli bukunya di Mafaza.
Mafaza tu nama toko buku dan keperluan islami deket rumah. 
Sekarang udah pindah ke deket Jatijajar. Jauh dari rumah.

Balik ke tujuan nikah adalah sebagai salah satu cara gw untuk menolong agama Allah supaya gw mendapat pertolongan Allah.
Urutannya :
Nikah --> Punya banyak anak --> Mendidik anak dengan sebaik-baiknya supaya mereka berkontribusi besar dalam menegakkan syari'at Islam.

Cinta........?
Ya pasti harus ada lah yaa.. Namanya juga pernikahan, rumah tangga.
Tapi katanya, cinta itu bisa pudar seiring keriputnya kulit karena tergilas waktu, kesibukan, keletihan, dan ujian-ujian hidup.
Dan pembuktian cinta, katanya lagi, adalah dengan bertahan. Seseorang dapat bertahan karena prinsip, komitmen, sumpah, janji.
For me, if you really married someone because Allah, so you'll stay whatever happened as long everything is in Syari'at.

Yah. Nulis lebih gampang daripada ngejalanin.
Mari saling mendo'akan supaya kita selalu dalam penjagaan-Nya.
Smoga kita slalu berjalan diatas jalan-Nya yang lurus menuju surga-Nya.

Ada do'a bagus yang sering inget sejak gw umrah pertama kali kemarin.
Ketika banyak yang nitip do'a yang mirip-mirip.
Seseorang nitip 1 do'a. Dan do'a itu cukup 2 kata.

"Do'ain saya selalu istiqamah." 
"Trus..?" 
"Selalu istiqamah. Itu aja. Makasih banyak ya Ta."

Dia adalah orang pertama yang saya kasih tau tentang rencana umrah saya.
Dia adalah orang yang ngga nitip do'a apa-apa sampe akhirnya saya yang nanya dia mau nitip do'a apa.
Dia adalah orang yang bilang jangan ada komunikasi selama umrah, supaya fokus ibadah. 

Teman yang menarik.

I. S. T. I. Q. A. M. A. H.

Teman yang sebenar-benarnya teman adalah dia yang mendekatkanmu dengan Allah dan membuatmu selalu ingat dengan Allah.

Dan karena titipan do'a dialah, do'anya juga ngikut nama-nama yang lain, gacuma buat dia.
Dan buat dia, teman saya itu, walopun dia cuma nitip 1 do'a tapi saya tambahin do'a yang lain.

Tentang istiqamah, ada 1 quote bagus dari Ustadzah Yoyoh Yusroh :


“If we are realize that we are on mission, 
we must keep the mission on.”


Visi saya adalah mendapat ampunan Allah, mendapat ridha dan rahmat-Nya, memasuki jannah-Nya, dan melihat wajah-Nya di surga-Nya kelak.

Misi saya adalah ibadah, salah satu bentuk ibadah adalah pernikahan.

Ustadz Anis Matta mengatakan kalau pernikahan adalah misi peradaban.

Visi peradaban, menurut Hasan Al Banna, adalah terwujudnya Ustadziyatul Alam.


- - - - - - - 

Itulah sepotong bahasan saya dengan Vidi di telfon semalam.
Redaksionalnya lebih heboh dan panjang (dan kadang sambungannya suka mati sendiri gatau knapa) daripada tulisan di blog ini.

Semoga bermanfaat..... v(^0^)v

Wednesday, October 29, 2014

Grey's Anatomy

Rabu, 29 Oktober 2014
-Depok-


Sebetulnya "Grey's Anatomy" bukan film. Semacam serial tivi. 

Pertama kali gw nonton ini setelah gw nylesein skripsi, termasuk sidangnya (dan kayanya tanpa revisi karena udah Alhamdulillah Bapak Dosen Pembimbing Skripsi gw perfeksionis jadi sebelum sidang udah persiapan mateng banget).

Ada temen TK-SD gw yang ngasi tau kalo film ini bagus. Waktu itu sekitaran Juni-Juli 2012. Dia Dokter dan masih mikirin mau ambil Spesialis apa. Via BBM, dia cerita kalo GA ini serial tivi yang biasa ditonton anak Kedokteran dan ngga lebaiy.

Selama skripsi, kalo orang lain dengerin lagu ato Murratal Qur'an, gw dengerin Harry Potter.

Iya. 
Gw dengerin film Harry Potter sembari gw ngerjain skripsi. And it was fun
Bahkan, gw sampe hafal beberapa dialognya. Karena ada beberapa hal yang bikin gw penasaran dari filmnya, gw nanya Vidi (temen sekampus dan sekosan) yang udah baca novelnya. Gw sendiri cuma baca sampe novel keempat, abis itu gw lebih suka nunggu filmnya aja.

Dan dari kebiasaan dengerin film Harry Potter itu gw jadi tertarik dengan dunia Yahudi dan bahasan seputar Hari Akhir Zaman.

Back to Grey's Anatomy.
Jadi, gw ngopi lah itu semua Season di warnet. 

Awalnya sie biasa aja, ngga tertarik-tertarik amat.
Udah hampir mo gw apus pas nonton di kosan. Trus gw nyoba Googling tentang sinopsis GA ini dan mayoritas bagus semua. Bahkan beberapa bilang kalo GA ini hukumnya wajib ditonton. Ealah.... -_-

Sampe akhirnya gw mulai nonton dari awal, terus lanjut sampe Season 8 (kalo ngga salah inget).
Awalnya sie serem yah, Tapi ya lama-lama biasa juga.
Ada 1 scene yang gw serem banget tu di Grey's Anatomy Season 3 Episode 2 dimana ada pasiennya yang perutnya kehantam pohon dan pohonnya masih ada aja gitu di perutnya. Menurut gw, itu lebih nyeremin dibanding pasien yang kulitnya mengeras dan jadi berakar kayak pohon di Grey's Anatomy Season 7 Episode 3.

Yang paling menarik menurut gw di Grey's Anatomy tu gimana mereka ngejadiin profesi mereka itu bener-bener part of their life, part of their passion, without ruining their marriage life, their social life.

Maksud gw, jarang gw temuin serial tivi yang bener-bener ngupas tentang kehidupan personal, kehidupan rumah tangga, kehidupan profesi, sekaligus kehidupan sosial jadi satu. Dan ini gw temuin di Grey's Anatomy.

Ya ada sie ya masalah, namanya juga hidup, kelar satu masalah ya dateng lagi masalah yang lain. Tapi kalo di Islam kan di Surat Alam Nasyrah udah Allah jamin kalo 1 masalah itu diapit 2 kemudahan.

Yang gw pelajarin dari Grey's Anatomy, terutama dalam hal rumah tangga :
Gapapa Istri tu kerja, kontribusi untuk masyarakat, dan berprestasi. Tapi jangan sampe Istri ngejar jabatan, karena itu artinya harus ada yang dikorbankan. 
Maksudnya, berkarier boleh, tapi niatnya bukan nomor-satuin karier diatas rumah tangga dan keluarga. Berat juga.

Gw sepakat, tapi ini mungkin masih jadi dilema yah untuk beberapa orang, terutama di sekitar gw. 
Banyak yang bilang, "jangan benturkan antara pekerjaan dan pernikahan, kan sama-sama diniatin ibadah."
Iya sie. Mudah berteori, (kayanya) sulit dipraktikkan.
Walaupun "sulit" bukan berarti "mustahil".


Pic taken from here

Ini pasangan favorit selain Owen Hunt sama Christina Yang. 

Mark Sloan - Lexie Grey.

Bedanya, Owen sama Christina berhasil sampai di pernikahan, dan berakhir dengan perceraian dan perpisahan. Kalo Mark dan Lexie belum menikah, mereka meninggal di kecelakaan pesawat.

Dari Christina Yang, gw belajar banget kalo yang namanya belajar tu wajib total supaya kita bisa maksimal nolong orang lain.

Sejak suka Grey's Anatomy dan liat Owen Hunt sama Teddy Altman, gw jadi pengeeenn banget supaya suatu hari anak-anak gw jadi Dokter dan kerja di negara-negara yang lagi perang, atau negara-negara miskin yang belum mampu punya Dokter yang memadai. Trus mereka bikin buku kayak DR. Ang Swee Chan yang nulis buku "From Beirut To Jerusalem". Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin... :")

"Being a hero has its price." 
-Christina Yang-
Grey's Anatomy Season 7 Episode 6

Thursday, October 16, 2014

Ju On 3

13 September 2014

Stasiun Sudirman, Jakarta





So, gw mulai langsung ke filmnya. Spoiler alert.

Intinya, Bapaknya ngebunuh Istri sama anak cowonya. That's it. End of story.
Oiyah, Kucingnya juga dibunuh, dimasukkin ke microwave. Sadis.

Sekedar intermezzo, ini Kucing Item piaraan anaknya. Agak aneh menurut gw, karena tanpa adanya Kucing ini pun ngga akan ganggu jalan cerita.

Mule dari situ (pembunuhan), rumahnya jadi aneh gitu. Jadi-jadian. Yang masuk kedalem bakal berakhir dengan kematian. Ya sebetulnya menurut Al Qur'an ya smua yang hidup pasti akan menemui kematian.

Oiya, peraturan pertama : slalu gunakan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai landasan berpikir. Hidup Khilafah! Hidup Pak Erdogan!
*ekatanya Khilafah bangkit dari Syam? Bener?*

Balik ke film.

Inti dari film "Ju-On 3" itu seperti ingin membuktikan hadist yang bilang kalo, "setiap ada kerusakan dalam rumah tangga, maka yang wajib dipertanyakan adalah Suami."

Okay. Kayanya gw salah. Itu mungkin bukan hadits dan redaksionalnya tu, "kalo ada anak durhaka, maka yang wajib ditanya pertama kali adalah Ayahnya." Kurleb (kurang-lebih) kayak gitu.

Inget. 3 kewajiban Ayah terhadap Anak yang apabila salah satunya tidak dipenuhi maka sang Ayah sudah dikatakan DURHAKA terhadap anaknya. Wayoloooh!

Pertama, mencari Ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak.
Kedua, memberikan nama yang baik kepada anak-anaknya.
Ketiga, mengajarkan Al Qur'an kepada anak-anaknya. Tentang yang nomer 3 gw pernah baca kalo Ayah yang memanggil Ustadz/Ustadzah ke rumah untuk mengajar Al Qur'an, menyekolahkan anak ke sekolah Islam/pondok pesantren karena pekerjaan sang Ayah tidak memungkinkan untuk mengajarkan Al Qur'an kepada anak-anaknya langsung, maka dua hal tadi sudah termasuk dalam "mengajarkan Al Qur'an kepada anak-anaknya". Alesannya, karena Ayah sudah memberikan akses untuk anak-anaknya belajar Al Qur'an. Tapi tetep, kalo bisa Ayahnya langsung ya baiknya Ayahnya.

Nah pertanyaannya, kok bisa gw nyimpulin gitu dari tu film..?

Pertama, itu awalnya Kayako Saeki (Istrinya) baik-baik aja, sampe suatu hari dia udah kayak orang gila saking pengen punya anak. Suaminya, Takeo Saeki, ni pebisnis yang jarang di rumah gitu.

Hikmah dari episode ini : para Suami peka sama perasaan Istrinya. Ini sebetulnya ngga akan ada adegan pembunuhan kalo Suaminya peka sama masalah Istrinya. Jadi tuh anak yang dikandung Kayako ni bukan dari Suaminya, Takeo, tapi arwah anak kecil yang masuk k perut Kayako.

Kayako nulis di buku diarinya kalo dia ngga peduli gimana caranya dia bisa hamil. Trus dia kayak main upacara manggil arwah, roh gitu. Kayako bilang dia minta ada jiwa yang tumbuh dalam perutnya. Masuk deh roh jahat dari arwah anak yang dulu pernah mati dibunuh ortunya, nama anaknya Toshio Yamagi.

Oya, flashback tentang Toshio Yamagi. Dia ni anak kecil umur 8 taun yang jadi korban kekerasan ortunya. Dia tewas di lemari kamar tidurnya karena diiket pas Jepang lagi kena suhu panas gitu. Naah Toshio Yamagi ni 'dateng' karena 'dipanggil' Kayako.

Sebetulnya ini bukan kesalahan Takeo sepenuhnya ya, secara kultur di Jepang beda sama di Indonesia yang kalo udah sebulan selese aqad-resepsi dipastikan bakal dapet pertanyaan udah-hamil-apa-belom. Lha kalo di Jepang kan beda, punya anak dianggap bukan suatu kewajiban.

Tapi ya disyukuri aja, anggep aja do'a. Kan logika matrenya, dengan semakin banyaknya jumlah manusia di suatu negara, berarti potensi pasarnya besar dan perputaran ekonominya insya Allah lancar. Plus, Indonesia kan masih jadi kantong umat Islam di dunia, salah satu buktinya adalah negara terbesar yang setiap taunnya nerbangin warga negaranya buat Haji dan Umrah. Lebih lanjut bisa yutupan "Ketakutan Barat Atas Jumlah Kaum Muslimin", itu video yang pernah di shared Iqbal di Pejuang.

Balik ke Takeo.

In my sotoy opinion, as a couple married, Takeo-Kayako ni kayanya komunikasinya kurang. Kalo seandainya komunikasi mereka lantjar djaja kayak jalan-tol-abis-subuh kan ngga akan ada adegan setan-setanan, tapi Ju-On 3 jadinya pilem drama keluarga, rumah tangga gitu. *lah?*

Karena kalo lo perhatiin, arwah Toshio Yamagi ngga bakal 'dateng' kalo ngga 'dipanggil' Kayako.

Kayako ni sebetulnya perempuan baik-baik dan berniat banget jadi Kyoiku Mama. Berdasarkan obrolan dengan salah beberapa Ummahat, sehebat apapun potensi Istri kalo Suaminya ngga peduli, ngga peka, ngga dukung ya sama aja bohong. Nol besar.

Kedua, ortunya Toshio. Yakali ngiket anak trus ngebiarin dia kelaperan seminggu. Mari kita doakan ortu kayak gini supaya lekas insyaf, hidupnya susah dunia-akhirat, walopun ujungnya tetep masuk surga (kayak katanya Ustadz Syatori, kalo yang namanya penghuni surga itu sedih kalo liat ada makhluq yang masuk neraka, dido'ainnya smua diampuni, dapet hidayah & endingnya smua masuk surga) Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.

Di Ju-On 3 ngga diceritain alesan knapa ortunya Toshio Yamagi bisa sekejam itu. Entah gila ato emang imbisil. #emosi


Pic taken from here



Kesimpulan gw setelah nonton Ju-On 3 ini adalah menyadari betapa pentingnya "Kuliah Pra Nikah", buat cewe-cowo. Khususnya buat cowo. Kata Pak Cah, ini bedanya Bapak-Bapak sama Ibu-Ibu. Misal acara seminar pernikahan yang bedah buku; kalo Ibu-Ibu itu walopun udah baca juga tetep maunya dateng & pasti ngajak Suami, tapi yang Bapak-Bapak tu nolak dateng dengan alesan udah baca. Ibu-Ibu tu mau dateng harapannya bukan cuma dapet ilmu baru yang bisa jadi ngga ada di bukunya tapi Ibu-Ibu juga mementingkan kebersamaan.




Pernah dibahas knapa acara pra nikah lebih banyak peserta akhwat ketimbang ikhwan. Kalo ngga salah Irwan Rinaldy pernah bilang mungkin fenomena ini adalah bukti masih kuatnya dogma di masyarakat bahwa ilmu parenting hanya dominasi kaum Ibu, padahal di Al Qur'an dari 17 ayat tentang pengasuhan anak itu 14 ayat bahas Bapak-Anak, 2 ayat bahas Ibu-Anak, 1 ayat bahas Guru-Anak. Coba di cek lagi, kali gw bener.

Intinya, Tarbiyatul Aulad (pendidikan anak) itu mayoritas berbicara tentang Ayah. Bukan Ibu. 
Mayoritas ya, bukan keseluruhan.

Naah, menurut gw, ibroh film Ju-On 3 ini dikhususkan bagi kaum Adam (bukan nama Suami Inul). Dalam 1 kalimat simpel :

URUS ANAK-BINI YANG BENER!!

Knapa?
Kalo Suami gagal ngedidik diri sendiri, gagal ngedidik Bini ama anak, ujungnya ntar jadi NYETANIN ORANG. Ngrusak masyarakat.

Kalo gitu, itu 5X sehari ngapain? Jedotin pala doang di lante? (bagi yang mengaku beragama Islam)

Ada 1 adegan yang membuktikan kalo Takeo Saeki ni ngga pernah ikut (ato mungkin lupa ato ngga nyimak?) material Kuliah Pra Nikah, pas Yui, Ibu Guru, nyetel video rekaman keluarga Saeki pas di episode Toshio gamau di foto bareng Takeo. Kayako udah nyuruh-nyuruh Toshio foto bareng Ayahnya.

Dimana konyolnya?

Dimana-mana yeee yang namanya anak, apalagi masih kecil, cuma mau sama yang nemenin dia setiap hari. JANGANKAN sama Bokapnye, kalo EMAKNYE kerja trus dia dititipin sama Baby-Sitter, YangTi juga bakal nolak ortunye.

Ngga percaya?
Cobain sendiri ke anak lu.



Balik ke Takeo. Pas dia udah minta ke anaknya buat foto bareng (mana mintanya kasar lagi) tapi Toshio nolak, Takeo marah dan nunjukkin muka dendam.


Edudul banget. Anak tu ngga smua bantam -banci tampil- apalagi depan kamera. Begitu anak tau arti "foto", banyak dari mereka yang bakal nolak! Emang dipikir foto-foto bagus, imut, happy-family yang bareng balita tu skali jepret dapet?? Kaga! Emaknye jaipongan dulu depan anaknye biar mao dipoto. Jangan dipikir foto ama balita dan dapet angle bagus tu gampang. Ngga ngefek titel sarjana lo, lo musti nurunin gengsi dan turun umur jadi sepantar ama balita yang mo lu ajak foto. Itu makanya Fotografer Bayi MAHAL! Lo pikir gampang motoin anak bayi pake gaya malaikat lagi senyum, poto anak bayi ketiduran diatas buku-buku? Gw pernah baca cerita seorang Ibu yang demi anak bayinya mau ktawa pas di foto, akhirnya Bapaknya yang dijadiin alas si bayi. Jadi Bapaknya tiduran di lantai, perutnya dialasin selimut bulu, bayinya yang udah didandanin ditaruh diatas perut Bapaknya, dimulailah Lenong dadakan! Bapaknya ngajak ngobrol bayinya, si bayi yang emang suka ya ktawa-ktawa pas Daddy-nya ngajak dia ngobrol. Apa kabar Emak? Emaknye yang merangkap Fotografer Bayi, joget-joget ngajak anaknya ngliat kearah dia yang didepannya ada kamera sambil nyekrek-nyekrekkin kamera berharap dapet momen si anak pas lagi ktawa dan ngliat ke kamera. See? Lo pikir gampang.

Balik ke Takeo-Toshio.
Takeonya dudul. Jarang ketemu, minta akrab. Dikate Indomi 10 menit jadi?

Selain Takeo, Kayako juga salah sih. Takeo yang awalnya ngga niat ngebunuh Kayako jadi malah nyekek dan muterin leher Kayako sampe mati.

Takeo marah ke Kayako tentang Toshio yang gamau di poto bareng dia. Kayako bukannya ngademin kek, malah nantangin, bilang kalo Toshio emang bukan anak Takeo. Lah logikanya si Takeo kan mikirnya itu anak hasil selingkuhan Kayako.  Wajar Takeo marah. Apa kabar harga diri sebagai kepala keluarga, sebagai laki-laki?

Mungkin akan lain cerita kalo Kayako bilang Toshio itu anak setan. Palingan dipanggilin Dukun, ato dimasukkin RSJ, mentok-mentok dicerai.

Dalam konteks sampe hamil, alasan knapa perselingkuhan laki-laki dapat dimaafkan tapi perempuan yang berselingkuh itu wajar dicerai, karena laki-laki bisa selingkuh tanpa hati, perasaan, cinta. Laki-laki bisa selingkuh karena bosan, mau coba-coba, bete sama kelakuan Istrinya. Contoh : David Beckham. 



Gw pernah baca tulisan senior gw tentang rumah tangga David-Victoria. Victoria tau Suaminya ngga bakal kmana-mana walopun diberitain selingkuh sama model ABCD. Victoria paham Suaminya cuma butuh selingan, nyoba hal baru. Ngga lebih. David tau diri kalo dia ngga akan sesukses sekarang kalo bukan karena support Istrinya. Mereka nikah dalam posisi David belum jadi pemain bola tenar banger, sedangkan Victoria lagi nanjak kariernya di Spice Girls. Victoria juga bukan dari keluarga biasa, Papanya lawyer tenar, Victoria bisa aja milih nikah sama yang lebih mapan saat itu dibanding David tapi knapa dia tetep milih nikah sama David?


Tapi ini bukan berarti excuse untuk laki-laki bebas selingkuh. Karena rata-rata laki-laki yang sukses itu menghormati perempuan. Termasuk di AS, cara termudah menjegal karier laki-laki : kasih perempuan. Yang menjatuhkan Andalusia bukan senjata, tapi perempuan. Yang diserang Israel pertama bukan laki-laki, tapi perempuannya.

Bener banget hadits yang bilang kalo setiap perempuan yang menjadi itu seumpama tawanan, dan laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangganya.
Cari Istri yang bisa lo kendalikan sekaligus bermanfaat buat lo.
Kalo Istri lo Setan/Jin, kapasitas lo harus setara Iblis.
Kalo Istri lo Iblis, lo Dajjal.
Kali Istri lo Dajjal, lo Nabi Isa. Karena nubuwatnya, Nabi Isa yang membunuh Dajjal di Hari Akhir.
Ini perumpamaan ekstrim aja.

Beda sama perempuan, perempuan harus ada hati dulu, ada perasaan dulu, ada cinta untuk sampe berani selingkuh. Perempuan berani selingkuh itu pasangan laki-lakinya udah gapunya harga diri, udah ngga dianggep. Trus mo ngapain? Main rumah-rumahan?

Dapat disimpulkan secara keseluruhan, kalo film Ju-On 3 ini sebetulnya film tentang contoh kegagalan sistem parenting, khususnya di Jepang, yang akhir-akhir ini rame sama tema "Kyoiku Mama".

Seinget gw itu aja sih yang gw rasa urgent dari film Ju-On 3 ini. Selebihnya silahkan nonton sendiri. Hehehe... ^^v

Salah satu cara instan menghancurkan peradaban (Islam) adalah lewat anak-anak. Lewat generasi mudanya.