Sunday, February 8, 2015

Kisah Ibunda Hilyah Qonita

Pic taken from here


.::Seorang Bidan Menjadi Pendidik Al-Qur’an::.
(Orangtua Hilyah Qonita, juara 1 Hafizh Indonesia RCTI 2013)


Sejak menikah, saya, Nuroniyah Manaf dan Suami, Muslim, sepakat menjadikan pendidikan Al-Qur’an sebagai landasan utama sebelum anak-anak belajar ilmu-ilmu yg lain.

Kini, kami dikaruniai tiga orang anak, Aufa Alfa Zhillah (9), Hilyah Qonita (5), dan Muhammad Al Fatih (11 bulan). Kami tinggal di wilayah Kebon Jeruk Jakarta Barat. Aktifitas saya sehari-hari adalah sebagai guru ngaji di rumah. Bersama suami, saya mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak yg berada di lingkungan sekitar rumah. 

Sebelum mengabdi menjadi pengajar Al-Qur’an, saya pernah menjadi bidan di RS Islam Jakarta Pusat. Namun saat mengandung Aufa di usia kehamilan tujuh bulan, saya berhenti menjadi bidan karena ingin fokus mendidik anak-anak secara intensif. Aktifitas suami, selain menjadi guru di SDIT, juga menjadi guru ngaji, termasuk diantaranya menjadi guru Tahsin di Nurul Hikmah, Pesantren Ust.Muzammil.

Anak pertama, Aufa, Alhamdulillah sekarang sudah menyetorkan hafalannya sebanyak 13 juz. Ia menjadi santri Pesantren Nurul Hikmah sejak kelas 1 SD. Berbeda dengan Aufa, kami membuat program agar ia bisa menghafal Al-Qur’an di rumah, dengan mengikuti metode yang ada di Pesantren Nurul Hikmah. Alhamdulillah, hafalan Hilyah sekarang sudah lima juz. Yaitu juz 30 sampai juz 26, dan sekarang Hilyah sedang menghafal Juz 1.

Hilyah juga mempunyai prestasi sebagai juara 1 MHQ juz 30 Islamic Book Fair 2012, juara 1 MHQ juz 29 dan 30 di LTQ Asy Syifa, juara 2 MHQ juz 29 dan 30 di Kafila Islamic International School se-DKI Jakarta dan Jawa Barat, dan yang terbaru adalah sebagai juara 1 Hafizh Indonesia RCTI 2013.

Capaian ini tidak instan. Program menghafal Qur’an sudah saya mulai sejak hamil, yaitu dengan memperbanyak mengkhatamkan Al-Qur’an. Khataman Al-Qur’an ini saya lakukan untuk merangsang tumbuh kembang otak janin sejak dari dalam kandungan. Saya juga selalu berkomunikasi dengan si kecil di kandungan saat tilawah. Ucapan semisal “De, Ibu mau tilawah surat Yusuf nih sekarang. Dengarkan ya..” selalu saya lakukan sambil saya mengelus perut.
Ketika lahir, kebiasaan mendengarkan bacaan Al-Qur’an tetap kami lanjutkan. Ayahnya biasanya memilih bacaan murattal Imam Misyari Rasyid karena temponya tidak terlalu cepat dan lebih syahdu. Hampir setiap hari pun saya mentalaqqikan surat-surat pendek di berbagai aktifitas, misalnya pada saat menyusui, makan, dan ganti popok. Di usianya 6 bulan, saya mulai memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah sambil bermain dengan alat peraga yang saya buat sendiri dengan menggunting kertas origami warna-warni yang dibentuk sesuai huruf-huruf hijaiyah, lalu kami tempelkan di lembaran kardus yang besar.
Ketika mereka sudah bisa berucap, huruf-huruf hijaiyah yang selalu saya perkenalkan ternyata mereka hafal. Setelah itu saya menggunakan metode iqro untuk mengajari mereka membaca Al-Qur’an. Alhamdulillah, Aufa di usia 4 tahun, dan Hilyah di usia 3 tahun, sudah bisa membaca Al-Qur’an. Saya pun terus melatih kelancaran tilawah Qur’an mereka, sambil memberikan hafalan surat-surat di juz 30.
Hilyah mulai setor hafalan ketika usianya tiga tahun. Biasanya ia menyetor hafalannya sehabis asar dan muraja’ah di usai shalat shubuh. Kemudian di ba’da maghrib, bersama para santri, Hilyah mengaji di rumah dengan saya dan suami.
Saya bersyukur, proses menghafal Hilyah sampai sekarang tidak banyak kendala. Kuncinya, tekad yang kuat dan disiplin dari orangtua. Kami juga sadar bahwa lingkungan ikut mempengaruhi, oleh karenanya saya dan suami memilih tempat tinggal yang tenang, dan membatasi kegiatan menonton televisi. Dalam hal ini, orangtua tentu harus menjadi teladan bagi anak-anak dengan tidak banyak menonton televisi, sebaliknya memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an.
(Disadur dari Buletin Pesantren Al-Qur’an Nurul Hikmah, edisi 10 November 2013/Muharram 1435 H)

Tuesday, February 3, 2015

Mari Mengikat Ilmu

Kamar, Depok, 3 Februari 2015
-13.17 WIB-



Sejak 2013, ada 1 kebiasaan yang suka saya lakukan : meng-copas broadcast Tausiyah yang banyak di shared di grup WA ke aplikasi Notes di Blackberry.

Blackberry saya ini tipe biasa, Gemini 3G kalo ngga salah.
Saya beli itu karena hape lama rusak dan saya butuh yang kuat nangkep sinyal internet, jadilah beli BB itu di Jogja.

BB itu saya beli sekitar Januari 2011 (kalo ngga salah inget) dan officially tombol yang tengah yang jadi pusatnya itu gabisa geser kemana-mana pas beberapa hari sebelum Ramadhan taun lalu.

27 Agustus 2014 kemarin Alhamdulillah ganti baru. Lenovo S660. Pengen beli yang kualitas batrenya lebih tinggi, tapi sayang uang di ATM ndak setinggi harga hape yang di-mau. Jadi ya tetap bersyukur dengan apa yang jadi rezeki.

Seneng juga beli yang itu, soalnya dapet hadiah casing yang keren yang ngga semua orang punya karena ngga dijual bebas.. Hehehe...

Oh ya, kembali ke judul postingan kali ini. Mari Mengikat Ilmu.

Dengan perkembangan teknologi, saya bisa dapet banyak Tausiyah yang disebar via WhattsApp. Tulisan yang disebar juga bukan tulisan ala kadarnya, tapi pilihan kata-katanya bener-bener nginspirasi untuk jadi lebih baik.

Nah, kalo dulu dari BB, saya belum ngirim semua Tausiyah atau catetan kajian yang saya dapet. Saya cuma nyimpen di Notes BB.

Ada beberapa yang udah saya masukin e-mail dan siap saya posting ke blog. Kenapa di posting ke blog, supaya yang dapet ilmunya bukan cuma saya aja. Smoga bermanfaat ke banyak orang dan dihitung Allah jadi amal ibadah saya sekaligus pemberat timbangan amal menuju surga-Nya kelak.

Barusan nyoba nyalain BB (udah beberapa bulan lepas batre), Alhamdulillaah masih nyala tapi tombol scroll-nya tetep istiqamah gamau berfungsi seperti sedia kala.

Insyaa Allaah bulan ini mau dibenerin ke tempat benerin BB deket rumah. Smoga ngga lebih dari 50 ribu.

Oiya, label postingan dari broadcast di WA dikasih nama "Tausiyah" ya.. Biar ngeh kalo itu bukan dari saya, tapi dari orang lain.. Smoga terhitung amal ibadah untuk kita semua.. Aamiiiin Allaahumma aamiiiiin... :)

~

Mari mengikat ilmu.

Fokus

Kamar, Depok, 2 Februari 2015
(21.28 WIB)



Fokus.

Tahukah kamu, berapa banyak manusia yang gagal meraih sukses karena melenceng dari tujuannya semula....?

Fokus.

Tahukah kamu, berapa banyak manusia yang gagal menjadi penghafal Qur'an karena tidak disiplin dengan jadwal menghafal yang ia buat....?

Fokus.

Maukah kamu, menjadi manusia yang gagal mendapat rahmat Allaah untuk diizinkan memasuki surga-Nya......?

Fokus kepada ridha-Nya.
Fokus kepada ridha-Nya.
Fokus kepada ridha-Nya.

Seperih apapun halangan.

Fokus.

Sesungguhnya, yang paling berhak mendapat persiapan terbaik adalah Kematian.
Bersiap menyambut Malaikat Izrail, Sang Pencabut Nyawa, dengan sebaik-baik penyambutan.
Bersiap mempertanggungjawabkan segala yang telah dilakukan semasa hidup di dunia.

Fokus.


"Banyak orang bilang mau masuk surga, tapi gamau mati. Lah surga yang beneran surga kan baru ada abis mati." -kata temen kosan, 2013-