Friday, October 31, 2014

Untuk Apa Menikah ? Menikah, Untuk Apa ?

Depok, 31 Oktober 2014
(19.21 WIB)


Jadi, smalem gw telfon-telfonan untuk hampir 6 jam (21.00 - 02.00 WIB) sama temen sekampus yang juga sekosan, Vidi.

Diantara semua tema dan materi obrolan, becandaan, serta kedudulan yang kami bahas semaleman, ada 1 yang gw ceritain ke Vidi terkait pernikahan. Yang dulu pernah dibahas dan gw udah nemu jawabannya sekarang.

Sekitar 2013an kemarin atau awal 2014 awal, saya main ke Jogja dan nginep di kosan tepatnya kamar Uchi. Waktu itu, sekitar malem, saya, Uchi dan Vidi leyeh-leyeh di kamar Uchi. Entah gimana, jadinya sampe bahas masalah pernikahan.

Dalam obrolan kami saat itu, Vidi bilang kalo gw belum nikah karena gw belum siap. Uchi sepakat. 

"Allah ngga ngasih lo nikah sekarang karena Allah tau lo belum siap untuk nikah.", kata Vidi.

"Iya Mba, Mba Ita menurutku belum siap untuk  nikah.", Uchi yakin.

"Haa...? Gw siap koook....", gw kaget, nolak pernyataan mereka, sekaligus ngga yakin sama jawaban gw sendiri kalo gw bilang gw belum siap nikah.

Sejujurnya, saat itu emang gw yakin kalo gw belum sepenuhnya yakin untuk nikah saat itu atau dalam waktu dekat. 

-___-a

Pas gw cerita itu semalem ke Vidi, Vidi bilang kalo dia inget dan dia bilang kalo dia menilai gw belum siap menikah karena gw belum tau apa tujuan gw nikah. Vidi ngibaratin kayak mau beli tas. Gw mau beli tas, gw siap beli tas, tapi gw gatau mau beli tas yang kayak gimana.

Trus gw ceritain ke Vidi kalo gw udah nemuin jawabannya.

~QS Muhammad : 7 ~

...Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu...

Itu salah satu ayat di Al Qur'an yang gw suka sejak SMA (entah kelas berapa, lupa).
Jadi, waktu itu ada acara Rohis dan kita yang hadir dapet semacam suvenir pembatas buku handmade by Anggota Rohis. Pembatas bukunya ada tulisan ayat atau kutipan Hadits gitu dan gw dapet pembatas buku dengan ayat ketujuh surat Muhammad.
Gw masih inget, gw ngrasa dapet kekuatan, optimistis, keyakinan yang kuat (entah apa), setelah gw baca ayat itu.

Gw ngga ngerti gimana penjabaran tafsirnya. Tapi saat itu gw yakin kalo sebenarnya gw lah yang butuh untuk nolong Islam. 
Pikiran gw saat itu, "gw butuh Allah, dan cara supaya Allah mau nolong gw adalah dengan nolong agama-Nya. Okay. I'll support Islam."
Simpel. Gapake ribet.

Gw bilang ke Vidi, ayat itulah yang jadi dasar gw nemuin tujuan apa gw nikah. Dan insya Allah gw yakin dengan jawaban gw.

Gw jelasin kalo mungkin bisa jadi akan muncul pertanyaan, gimana caranya pernikahan itu termasuk "menolong agama Allah".....?

Well, ini akan gw jawab subyektif berdasarkan sependek wawasan keislaman gw. Bisa jadi benar, bisa jadi keliru.

"Menolong agama Allah" dalam pernikahan tu menurut gw dapat diwujudkan dengan hal-hal konkrit sebagai berikut : 

Menjalankan tanggung-jawab sebagai Istri, Ibu, Menantu, Tetangga, Saudara sesuai yang tuntunan Rasulullah. Nulisnya mah santai, prakteknya smoga Allah mudahkan. Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin...

Dari 1 poin diatas yang masih umum-abstrak banget, menurut gw tindakan konkritnya adalah dengan menjadi Full-Time Mom, Kyoiku Mom, Stay-at-Home Mom, atau apapun lah sebutannya yang menunjukkan menjadi Ibu yang 100% ngurus rumah tangga. 

Gw pribadi ngga masalah dengan Ibu-Ibu lain yang mau jadi Working-at-Office Mom, atau Business Mom atau Freelancer Mom
Apapun pilihannya, yang penting rumah tangga dan keluarga tetep keurus. 

Jujur yah, sejak kelas 1 SMA gw nonton "Cheaper by Dozen" dan baru-baru ini tau ada serial tivi salah satu pasutri di AS dengan 19 anaknya judulnya "19 Kids and Counting", gw semakin mengukuhkan impian gw untuk memiliki banyak anak. Sebanyak yang Allah percayain ke Suami gw nantinya.

Intinya adalah, menjadi Istri dan Ibu yang mengurus rumah tangganya, keluarganya. Dan juga masyarakat.

Untuk kontribusi ke masyarakat, itu harus dipikirin matang-matang lagi.
Buat gw, ini termasuk wajib.
Gw punya contoh Ummahat selain Ibu yang profesinya Ibu Rumah Tangga dengan punya bisnis yang udah mapan dan tetep kontributif ke masyarakat.

Tentang menjadi Ibu Rumah Tangga, beberapa orang berpikir kalo akan menyulitkan Istri kalau sesuatu hal terjadi ke Suami, misal : Suami sakit keras dan tidak memungkinkan untuk membiayai operasional rumah tangga. Istri sudah lama tidak bekerja, lalu bagaimana..? Hidup dari belas kasihan Saudara, Tetangga....? Not an option.

I was thinking about this. 
A woman who focus on her marraige and family as we known as Ibu Rumah Tangga, doesn't mean she can't have income. 
She still can.
She can write many books.
She can build online shop.
She can cook for catering.
She can make cakery, bakery, cookies.
She can do many things and still stay at home and still get income.

Bapak pernah bilang, kalo Istri bekerja itu bukan untuk menyaingi Suami.
Gw pribadi sepakat sama Bapak, karena salah satu idola gw adalah Zainab binti Jahsy. Istri Rasulullah yang langsung nyusul Rasul setelah Rasul meninggal.
Zainab binti Jahsy sukses nyusul Rasul pertama kali karena beliaulah satu-satunya Istri Rasul yang bersedekah dari hasil kerjanya, menjual kulit Unta yang sudah disamak.

Selain Zainab binti Jahsy, idola pertama gw adalah Khadijah. Istri pertama Rasulullah. I adore her marriage with Rasulullah.
Khadijah adalah Istri yang Rasulullah sangat cintai.
Khadijah adalah Istri yang Rasulullah mendapatkan anak-anak.
Khadijah adalah Istri Rasulullah yang mendukung total perjuangan dakwah Rasulullah pertama kali.
Khadijah adalah Istri Rasulullah yang percaya 100% ke Rasulullah disaat banyak yang meragukan Rasul.

Gw inget 1 buku bagus yang pertama kali bikin gw mikir kalo hidup gw harus berjalan di jalur agama Islam.
Di buku itu, yang paling gw inget adalah kalimat, intinya: 

"jangan jadi perempuan spons. Perempuan yang menyerap segalanya, baik dan buruk, semuanya diserap tanpa saringan. Jadilah perempuan yang pemikirannya selalu menyaring dan hanya mengambil yang baik saja. Dan penyaring terbaik adalah agama. Islam. Semua yang pikirkan, semua yang kita katakan, semua yang kita lakukan adalah berdasarkan syari'at Islam."

Buku kedua yang membuat gw semangat untuk ngebela Islam adalah bukunya Jerry D. Gray yang judulnya "Bayang-Bayang Gurita". Kayanya sekarang udah ngga dicetak lagi bukunya, dan buku punya gw ilang entah dipinjem siapa. :(
Buku itu pertama kali gw tau karena dapet tugas ngeresensi di Mentoring pas kelas 2 SMA. 
Siang pas liqo' saat itu ditugasin, sorenya pas sebelum balik ke rumah, gw beli bukunya di Mafaza.
Mafaza tu nama toko buku dan keperluan islami deket rumah. 
Sekarang udah pindah ke deket Jatijajar. Jauh dari rumah.

Balik ke tujuan nikah adalah sebagai salah satu cara gw untuk menolong agama Allah supaya gw mendapat pertolongan Allah.
Urutannya :
Nikah --> Punya banyak anak --> Mendidik anak dengan sebaik-baiknya supaya mereka berkontribusi besar dalam menegakkan syari'at Islam.

Cinta........?
Ya pasti harus ada lah yaa.. Namanya juga pernikahan, rumah tangga.
Tapi katanya, cinta itu bisa pudar seiring keriputnya kulit karena tergilas waktu, kesibukan, keletihan, dan ujian-ujian hidup.
Dan pembuktian cinta, katanya lagi, adalah dengan bertahan. Seseorang dapat bertahan karena prinsip, komitmen, sumpah, janji.
For me, if you really married someone because Allah, so you'll stay whatever happened as long everything is in Syari'at.

Yah. Nulis lebih gampang daripada ngejalanin.
Mari saling mendo'akan supaya kita selalu dalam penjagaan-Nya.
Smoga kita slalu berjalan diatas jalan-Nya yang lurus menuju surga-Nya.

Ada do'a bagus yang sering inget sejak gw umrah pertama kali kemarin.
Ketika banyak yang nitip do'a yang mirip-mirip.
Seseorang nitip 1 do'a. Dan do'a itu cukup 2 kata.

"Do'ain saya selalu istiqamah." 
"Trus..?" 
"Selalu istiqamah. Itu aja. Makasih banyak ya Ta."

Dia adalah orang pertama yang saya kasih tau tentang rencana umrah saya.
Dia adalah orang yang ngga nitip do'a apa-apa sampe akhirnya saya yang nanya dia mau nitip do'a apa.
Dia adalah orang yang bilang jangan ada komunikasi selama umrah, supaya fokus ibadah. 

Teman yang menarik.

I. S. T. I. Q. A. M. A. H.

Teman yang sebenar-benarnya teman adalah dia yang mendekatkanmu dengan Allah dan membuatmu selalu ingat dengan Allah.

Dan karena titipan do'a dialah, do'anya juga ngikut nama-nama yang lain, gacuma buat dia.
Dan buat dia, teman saya itu, walopun dia cuma nitip 1 do'a tapi saya tambahin do'a yang lain.

Tentang istiqamah, ada 1 quote bagus dari Ustadzah Yoyoh Yusroh :


“If we are realize that we are on mission, 
we must keep the mission on.”


Visi saya adalah mendapat ampunan Allah, mendapat ridha dan rahmat-Nya, memasuki jannah-Nya, dan melihat wajah-Nya di surga-Nya kelak.

Misi saya adalah ibadah, salah satu bentuk ibadah adalah pernikahan.

Ustadz Anis Matta mengatakan kalau pernikahan adalah misi peradaban.

Visi peradaban, menurut Hasan Al Banna, adalah terwujudnya Ustadziyatul Alam.


- - - - - - - 

Itulah sepotong bahasan saya dengan Vidi di telfon semalam.
Redaksionalnya lebih heboh dan panjang (dan kadang sambungannya suka mati sendiri gatau knapa) daripada tulisan di blog ini.

Semoga bermanfaat..... v(^0^)v

Wednesday, October 29, 2014

Grey's Anatomy

Rabu, 29 Oktober 2014
-Depok-


Sebetulnya "Grey's Anatomy" bukan film. Semacam serial tivi. 

Pertama kali gw nonton ini setelah gw nylesein skripsi, termasuk sidangnya (dan kayanya tanpa revisi karena udah Alhamdulillah Bapak Dosen Pembimbing Skripsi gw perfeksionis jadi sebelum sidang udah persiapan mateng banget).

Ada temen TK-SD gw yang ngasi tau kalo film ini bagus. Waktu itu sekitaran Juni-Juli 2012. Dia Dokter dan masih mikirin mau ambil Spesialis apa. Via BBM, dia cerita kalo GA ini serial tivi yang biasa ditonton anak Kedokteran dan ngga lebaiy.

Selama skripsi, kalo orang lain dengerin lagu ato Murratal Qur'an, gw dengerin Harry Potter.

Iya. 
Gw dengerin film Harry Potter sembari gw ngerjain skripsi. And it was fun
Bahkan, gw sampe hafal beberapa dialognya. Karena ada beberapa hal yang bikin gw penasaran dari filmnya, gw nanya Vidi (temen sekampus dan sekosan) yang udah baca novelnya. Gw sendiri cuma baca sampe novel keempat, abis itu gw lebih suka nunggu filmnya aja.

Dan dari kebiasaan dengerin film Harry Potter itu gw jadi tertarik dengan dunia Yahudi dan bahasan seputar Hari Akhir Zaman.

Back to Grey's Anatomy.
Jadi, gw ngopi lah itu semua Season di warnet. 

Awalnya sie biasa aja, ngga tertarik-tertarik amat.
Udah hampir mo gw apus pas nonton di kosan. Trus gw nyoba Googling tentang sinopsis GA ini dan mayoritas bagus semua. Bahkan beberapa bilang kalo GA ini hukumnya wajib ditonton. Ealah.... -_-

Sampe akhirnya gw mulai nonton dari awal, terus lanjut sampe Season 8 (kalo ngga salah inget).
Awalnya sie serem yah, Tapi ya lama-lama biasa juga.
Ada 1 scene yang gw serem banget tu di Grey's Anatomy Season 3 Episode 2 dimana ada pasiennya yang perutnya kehantam pohon dan pohonnya masih ada aja gitu di perutnya. Menurut gw, itu lebih nyeremin dibanding pasien yang kulitnya mengeras dan jadi berakar kayak pohon di Grey's Anatomy Season 7 Episode 3.

Yang paling menarik menurut gw di Grey's Anatomy tu gimana mereka ngejadiin profesi mereka itu bener-bener part of their life, part of their passion, without ruining their marriage life, their social life.

Maksud gw, jarang gw temuin serial tivi yang bener-bener ngupas tentang kehidupan personal, kehidupan rumah tangga, kehidupan profesi, sekaligus kehidupan sosial jadi satu. Dan ini gw temuin di Grey's Anatomy.

Ya ada sie ya masalah, namanya juga hidup, kelar satu masalah ya dateng lagi masalah yang lain. Tapi kalo di Islam kan di Surat Alam Nasyrah udah Allah jamin kalo 1 masalah itu diapit 2 kemudahan.

Yang gw pelajarin dari Grey's Anatomy, terutama dalam hal rumah tangga :
Gapapa Istri tu kerja, kontribusi untuk masyarakat, dan berprestasi. Tapi jangan sampe Istri ngejar jabatan, karena itu artinya harus ada yang dikorbankan. 
Maksudnya, berkarier boleh, tapi niatnya bukan nomor-satuin karier diatas rumah tangga dan keluarga. Berat juga.

Gw sepakat, tapi ini mungkin masih jadi dilema yah untuk beberapa orang, terutama di sekitar gw. 
Banyak yang bilang, "jangan benturkan antara pekerjaan dan pernikahan, kan sama-sama diniatin ibadah."
Iya sie. Mudah berteori, (kayanya) sulit dipraktikkan.
Walaupun "sulit" bukan berarti "mustahil".


Pic taken from here

Ini pasangan favorit selain Owen Hunt sama Christina Yang. 

Mark Sloan - Lexie Grey.

Bedanya, Owen sama Christina berhasil sampai di pernikahan, dan berakhir dengan perceraian dan perpisahan. Kalo Mark dan Lexie belum menikah, mereka meninggal di kecelakaan pesawat.

Dari Christina Yang, gw belajar banget kalo yang namanya belajar tu wajib total supaya kita bisa maksimal nolong orang lain.

Sejak suka Grey's Anatomy dan liat Owen Hunt sama Teddy Altman, gw jadi pengeeenn banget supaya suatu hari anak-anak gw jadi Dokter dan kerja di negara-negara yang lagi perang, atau negara-negara miskin yang belum mampu punya Dokter yang memadai. Trus mereka bikin buku kayak DR. Ang Swee Chan yang nulis buku "From Beirut To Jerusalem". Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin... :")

"Being a hero has its price." 
-Christina Yang-
Grey's Anatomy Season 7 Episode 6

Thursday, October 16, 2014

Ju On 3

13 September 2014

Stasiun Sudirman, Jakarta





So, gw mulai langsung ke filmnya. Spoiler alert.

Intinya, Bapaknya ngebunuh Istri sama anak cowonya. That's it. End of story.
Oiyah, Kucingnya juga dibunuh, dimasukkin ke microwave. Sadis.

Sekedar intermezzo, ini Kucing Item piaraan anaknya. Agak aneh menurut gw, karena tanpa adanya Kucing ini pun ngga akan ganggu jalan cerita.

Mule dari situ (pembunuhan), rumahnya jadi aneh gitu. Jadi-jadian. Yang masuk kedalem bakal berakhir dengan kematian. Ya sebetulnya menurut Al Qur'an ya smua yang hidup pasti akan menemui kematian.

Oiya, peraturan pertama : slalu gunakan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai landasan berpikir. Hidup Khilafah! Hidup Pak Erdogan!
*ekatanya Khilafah bangkit dari Syam? Bener?*

Balik ke film.

Inti dari film "Ju-On 3" itu seperti ingin membuktikan hadist yang bilang kalo, "setiap ada kerusakan dalam rumah tangga, maka yang wajib dipertanyakan adalah Suami."

Okay. Kayanya gw salah. Itu mungkin bukan hadits dan redaksionalnya tu, "kalo ada anak durhaka, maka yang wajib ditanya pertama kali adalah Ayahnya." Kurleb (kurang-lebih) kayak gitu.

Inget. 3 kewajiban Ayah terhadap Anak yang apabila salah satunya tidak dipenuhi maka sang Ayah sudah dikatakan DURHAKA terhadap anaknya. Wayoloooh!

Pertama, mencari Ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak.
Kedua, memberikan nama yang baik kepada anak-anaknya.
Ketiga, mengajarkan Al Qur'an kepada anak-anaknya. Tentang yang nomer 3 gw pernah baca kalo Ayah yang memanggil Ustadz/Ustadzah ke rumah untuk mengajar Al Qur'an, menyekolahkan anak ke sekolah Islam/pondok pesantren karena pekerjaan sang Ayah tidak memungkinkan untuk mengajarkan Al Qur'an kepada anak-anaknya langsung, maka dua hal tadi sudah termasuk dalam "mengajarkan Al Qur'an kepada anak-anaknya". Alesannya, karena Ayah sudah memberikan akses untuk anak-anaknya belajar Al Qur'an. Tapi tetep, kalo bisa Ayahnya langsung ya baiknya Ayahnya.

Nah pertanyaannya, kok bisa gw nyimpulin gitu dari tu film..?

Pertama, itu awalnya Kayako Saeki (Istrinya) baik-baik aja, sampe suatu hari dia udah kayak orang gila saking pengen punya anak. Suaminya, Takeo Saeki, ni pebisnis yang jarang di rumah gitu.

Hikmah dari episode ini : para Suami peka sama perasaan Istrinya. Ini sebetulnya ngga akan ada adegan pembunuhan kalo Suaminya peka sama masalah Istrinya. Jadi tuh anak yang dikandung Kayako ni bukan dari Suaminya, Takeo, tapi arwah anak kecil yang masuk k perut Kayako.

Kayako nulis di buku diarinya kalo dia ngga peduli gimana caranya dia bisa hamil. Trus dia kayak main upacara manggil arwah, roh gitu. Kayako bilang dia minta ada jiwa yang tumbuh dalam perutnya. Masuk deh roh jahat dari arwah anak yang dulu pernah mati dibunuh ortunya, nama anaknya Toshio Yamagi.

Oya, flashback tentang Toshio Yamagi. Dia ni anak kecil umur 8 taun yang jadi korban kekerasan ortunya. Dia tewas di lemari kamar tidurnya karena diiket pas Jepang lagi kena suhu panas gitu. Naah Toshio Yamagi ni 'dateng' karena 'dipanggil' Kayako.

Sebetulnya ini bukan kesalahan Takeo sepenuhnya ya, secara kultur di Jepang beda sama di Indonesia yang kalo udah sebulan selese aqad-resepsi dipastikan bakal dapet pertanyaan udah-hamil-apa-belom. Lha kalo di Jepang kan beda, punya anak dianggap bukan suatu kewajiban.

Tapi ya disyukuri aja, anggep aja do'a. Kan logika matrenya, dengan semakin banyaknya jumlah manusia di suatu negara, berarti potensi pasarnya besar dan perputaran ekonominya insya Allah lancar. Plus, Indonesia kan masih jadi kantong umat Islam di dunia, salah satu buktinya adalah negara terbesar yang setiap taunnya nerbangin warga negaranya buat Haji dan Umrah. Lebih lanjut bisa yutupan "Ketakutan Barat Atas Jumlah Kaum Muslimin", itu video yang pernah di shared Iqbal di Pejuang.

Balik ke Takeo.

In my sotoy opinion, as a couple married, Takeo-Kayako ni kayanya komunikasinya kurang. Kalo seandainya komunikasi mereka lantjar djaja kayak jalan-tol-abis-subuh kan ngga akan ada adegan setan-setanan, tapi Ju-On 3 jadinya pilem drama keluarga, rumah tangga gitu. *lah?*

Karena kalo lo perhatiin, arwah Toshio Yamagi ngga bakal 'dateng' kalo ngga 'dipanggil' Kayako.

Kayako ni sebetulnya perempuan baik-baik dan berniat banget jadi Kyoiku Mama. Berdasarkan obrolan dengan salah beberapa Ummahat, sehebat apapun potensi Istri kalo Suaminya ngga peduli, ngga peka, ngga dukung ya sama aja bohong. Nol besar.

Kedua, ortunya Toshio. Yakali ngiket anak trus ngebiarin dia kelaperan seminggu. Mari kita doakan ortu kayak gini supaya lekas insyaf, hidupnya susah dunia-akhirat, walopun ujungnya tetep masuk surga (kayak katanya Ustadz Syatori, kalo yang namanya penghuni surga itu sedih kalo liat ada makhluq yang masuk neraka, dido'ainnya smua diampuni, dapet hidayah & endingnya smua masuk surga) Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.

Di Ju-On 3 ngga diceritain alesan knapa ortunya Toshio Yamagi bisa sekejam itu. Entah gila ato emang imbisil. #emosi


Pic taken from here



Kesimpulan gw setelah nonton Ju-On 3 ini adalah menyadari betapa pentingnya "Kuliah Pra Nikah", buat cewe-cowo. Khususnya buat cowo. Kata Pak Cah, ini bedanya Bapak-Bapak sama Ibu-Ibu. Misal acara seminar pernikahan yang bedah buku; kalo Ibu-Ibu itu walopun udah baca juga tetep maunya dateng & pasti ngajak Suami, tapi yang Bapak-Bapak tu nolak dateng dengan alesan udah baca. Ibu-Ibu tu mau dateng harapannya bukan cuma dapet ilmu baru yang bisa jadi ngga ada di bukunya tapi Ibu-Ibu juga mementingkan kebersamaan.




Pernah dibahas knapa acara pra nikah lebih banyak peserta akhwat ketimbang ikhwan. Kalo ngga salah Irwan Rinaldy pernah bilang mungkin fenomena ini adalah bukti masih kuatnya dogma di masyarakat bahwa ilmu parenting hanya dominasi kaum Ibu, padahal di Al Qur'an dari 17 ayat tentang pengasuhan anak itu 14 ayat bahas Bapak-Anak, 2 ayat bahas Ibu-Anak, 1 ayat bahas Guru-Anak. Coba di cek lagi, kali gw bener.

Intinya, Tarbiyatul Aulad (pendidikan anak) itu mayoritas berbicara tentang Ayah. Bukan Ibu. 
Mayoritas ya, bukan keseluruhan.

Naah, menurut gw, ibroh film Ju-On 3 ini dikhususkan bagi kaum Adam (bukan nama Suami Inul). Dalam 1 kalimat simpel :

URUS ANAK-BINI YANG BENER!!

Knapa?
Kalo Suami gagal ngedidik diri sendiri, gagal ngedidik Bini ama anak, ujungnya ntar jadi NYETANIN ORANG. Ngrusak masyarakat.

Kalo gitu, itu 5X sehari ngapain? Jedotin pala doang di lante? (bagi yang mengaku beragama Islam)

Ada 1 adegan yang membuktikan kalo Takeo Saeki ni ngga pernah ikut (ato mungkin lupa ato ngga nyimak?) material Kuliah Pra Nikah, pas Yui, Ibu Guru, nyetel video rekaman keluarga Saeki pas di episode Toshio gamau di foto bareng Takeo. Kayako udah nyuruh-nyuruh Toshio foto bareng Ayahnya.

Dimana konyolnya?

Dimana-mana yeee yang namanya anak, apalagi masih kecil, cuma mau sama yang nemenin dia setiap hari. JANGANKAN sama Bokapnye, kalo EMAKNYE kerja trus dia dititipin sama Baby-Sitter, YangTi juga bakal nolak ortunye.

Ngga percaya?
Cobain sendiri ke anak lu.



Balik ke Takeo. Pas dia udah minta ke anaknya buat foto bareng (mana mintanya kasar lagi) tapi Toshio nolak, Takeo marah dan nunjukkin muka dendam.


Edudul banget. Anak tu ngga smua bantam -banci tampil- apalagi depan kamera. Begitu anak tau arti "foto", banyak dari mereka yang bakal nolak! Emang dipikir foto-foto bagus, imut, happy-family yang bareng balita tu skali jepret dapet?? Kaga! Emaknye jaipongan dulu depan anaknye biar mao dipoto. Jangan dipikir foto ama balita dan dapet angle bagus tu gampang. Ngga ngefek titel sarjana lo, lo musti nurunin gengsi dan turun umur jadi sepantar ama balita yang mo lu ajak foto. Itu makanya Fotografer Bayi MAHAL! Lo pikir gampang motoin anak bayi pake gaya malaikat lagi senyum, poto anak bayi ketiduran diatas buku-buku? Gw pernah baca cerita seorang Ibu yang demi anak bayinya mau ktawa pas di foto, akhirnya Bapaknya yang dijadiin alas si bayi. Jadi Bapaknya tiduran di lantai, perutnya dialasin selimut bulu, bayinya yang udah didandanin ditaruh diatas perut Bapaknya, dimulailah Lenong dadakan! Bapaknya ngajak ngobrol bayinya, si bayi yang emang suka ya ktawa-ktawa pas Daddy-nya ngajak dia ngobrol. Apa kabar Emak? Emaknye yang merangkap Fotografer Bayi, joget-joget ngajak anaknya ngliat kearah dia yang didepannya ada kamera sambil nyekrek-nyekrekkin kamera berharap dapet momen si anak pas lagi ktawa dan ngliat ke kamera. See? Lo pikir gampang.

Balik ke Takeo-Toshio.
Takeonya dudul. Jarang ketemu, minta akrab. Dikate Indomi 10 menit jadi?

Selain Takeo, Kayako juga salah sih. Takeo yang awalnya ngga niat ngebunuh Kayako jadi malah nyekek dan muterin leher Kayako sampe mati.

Takeo marah ke Kayako tentang Toshio yang gamau di poto bareng dia. Kayako bukannya ngademin kek, malah nantangin, bilang kalo Toshio emang bukan anak Takeo. Lah logikanya si Takeo kan mikirnya itu anak hasil selingkuhan Kayako.  Wajar Takeo marah. Apa kabar harga diri sebagai kepala keluarga, sebagai laki-laki?

Mungkin akan lain cerita kalo Kayako bilang Toshio itu anak setan. Palingan dipanggilin Dukun, ato dimasukkin RSJ, mentok-mentok dicerai.

Dalam konteks sampe hamil, alasan knapa perselingkuhan laki-laki dapat dimaafkan tapi perempuan yang berselingkuh itu wajar dicerai, karena laki-laki bisa selingkuh tanpa hati, perasaan, cinta. Laki-laki bisa selingkuh karena bosan, mau coba-coba, bete sama kelakuan Istrinya. Contoh : David Beckham. 



Gw pernah baca tulisan senior gw tentang rumah tangga David-Victoria. Victoria tau Suaminya ngga bakal kmana-mana walopun diberitain selingkuh sama model ABCD. Victoria paham Suaminya cuma butuh selingan, nyoba hal baru. Ngga lebih. David tau diri kalo dia ngga akan sesukses sekarang kalo bukan karena support Istrinya. Mereka nikah dalam posisi David belum jadi pemain bola tenar banger, sedangkan Victoria lagi nanjak kariernya di Spice Girls. Victoria juga bukan dari keluarga biasa, Papanya lawyer tenar, Victoria bisa aja milih nikah sama yang lebih mapan saat itu dibanding David tapi knapa dia tetep milih nikah sama David?


Tapi ini bukan berarti excuse untuk laki-laki bebas selingkuh. Karena rata-rata laki-laki yang sukses itu menghormati perempuan. Termasuk di AS, cara termudah menjegal karier laki-laki : kasih perempuan. Yang menjatuhkan Andalusia bukan senjata, tapi perempuan. Yang diserang Israel pertama bukan laki-laki, tapi perempuannya.

Bener banget hadits yang bilang kalo setiap perempuan yang menjadi itu seumpama tawanan, dan laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangganya.
Cari Istri yang bisa lo kendalikan sekaligus bermanfaat buat lo.
Kalo Istri lo Setan/Jin, kapasitas lo harus setara Iblis.
Kalo Istri lo Iblis, lo Dajjal.
Kali Istri lo Dajjal, lo Nabi Isa. Karena nubuwatnya, Nabi Isa yang membunuh Dajjal di Hari Akhir.
Ini perumpamaan ekstrim aja.

Beda sama perempuan, perempuan harus ada hati dulu, ada perasaan dulu, ada cinta untuk sampe berani selingkuh. Perempuan berani selingkuh itu pasangan laki-lakinya udah gapunya harga diri, udah ngga dianggep. Trus mo ngapain? Main rumah-rumahan?

Dapat disimpulkan secara keseluruhan, kalo film Ju-On 3 ini sebetulnya film tentang contoh kegagalan sistem parenting, khususnya di Jepang, yang akhir-akhir ini rame sama tema "Kyoiku Mama".

Seinget gw itu aja sih yang gw rasa urgent dari film Ju-On 3 ini. Selebihnya silahkan nonton sendiri. Hehehe... ^^v

Salah satu cara instan menghancurkan peradaban (Islam) adalah lewat anak-anak. Lewat generasi mudanya.


Friday, October 10, 2014

Next Goals

Depok, 1 Oktober 2014
(17.30 WIB)







Hari ini rencananya mau nonton The Maze Runner di Detos, kayanya bagus filmnya. Setipe sama The Hunger Games sama Divergent, distopia gitu, diangkat dari novel laris juga.
Tapi masalahnya, tugas ngeringkas buku HAM belom kelar. Gw belum dapet jawaban juga itu 4 lembar ato 4 halaman.

Tadi pagi, di salah satu grup bahas tentang pernikahan. Tepatnya : larangan mem-bully yang belum nikah. Temanya, pernikahan, mirip sama yang gw bahas semalem sama Yan di Bajay BBG pas balik dari ngampus menuju Stasiun Cikini. Yan ini akhwat pendiem, ngga rame kayak gw, dan kita sama-sama suka baca (itu penilaian gw setelah ngeliat isi tas jinjingnya yang penuh buku kuliah).

Yan bilang, "dijalani aja. Disyukuri semua yang Allah kasih dengan maksimal ngerjain apa yang jadi amanah kita sekarang." 

Nampol.

Bener, dan nampol.

Banyak temen gw yang bilang hal serupa. "Syukuri dan jalani dengan penuh tanggung jawab."

Balik ke tema pernikahan, menurut gw nikah tu gabisa asal. *yaeyalaahhh*

Visi-Misi pernikahan tu berhubungan banget sama membangun peradaban. Hancur rumah tangga lo, rusak keluarga lo, masyarakat sekitar lo ikutan ngga beres, Negara ikutan kena masalah, ujungnya : lupain dah yang namanya Ustadziyatul Alam.

Gw bilang ke Yan kalo beban single sama yang udah nikah itu lebih berat yang udah nikah.. Kalo single, tuntutan cuma 1 : N-I-K-A-H.
Kalo udah nikah, tuntutannya banyak.. Punya anak lebih dari 1, ngurus Suami & anak-anak, ngatur keuangan keluarga, dakwah (ini penting!), silaturahim sama keluarga besar, daaaannn seterusnya.

Ini gw bukan nakutin. Ngga sama sekali.

Gw cuma mo ngingetin lagi, buat gw khususnya, tentang amanah pernikahan ini.. Nikah tu sunnah Rasulullah, dan pasti Allah akan nolong hamba-Nya yang niatnya lurus ke Allah..

Tapi teteuuuppp..... Kepikiran. (-_____-")

Tentang pernikahan emang sensitip. Gabole asal. Penuh pertimbangan. Dan yang utama : lurusin niat hanya untuk ibadah ke Allah dan mendapat ridha Allah. 

Berat.

Tentang kaitannya sama peradaban, pasti butuh dana kan...? Ngga mungkin selamanya morotin orangtua. Ngga mungkin selamanya ngga mandiri.
Disini ilmu financial planning penting banget buat dipahami dan dijalankan. Ini adalah hal kedua yang harus dipikirin setelah mutusin Istri mau jadi Full Time Mom ato Working Mom..

Working Mom ternyata ngga sebatas kerja kantoran yang terikat jam kerja, bangun bisnis juga termasuk Working Mom.. Freelancer yang kerjaan bisa di handle dari rumah juga termasuk Working Mom.. 

Ada pendapat yang bilang kalo Full Time Mom itu ngga berarti useless at all, ngga berarti ngga produktif.. Aktif di perkumpulan masyarakat sekitar rumah yang sifatnya sosial -such as parpol, ormas, Majelis Taklim- gabisa disebut ngga produktif.

Jujur yah. Gw pribadi pengen banget optimal produktif dan kontribusi positif buat sebanyak-banyak umat manusia. Gw suka baca, gw suka nulis, gw suka cerita, Alhamdulillah gw dikasih rezeki untuk lanjut kuliah S2 Magister Hukum Kenegaraan di UI, Alhamdulillah gw udah lulus Ujian Profesi Advokat (UPA) bulan Maret 2014 kemarin. There are many things I can do to change the world

Oiya, gw juga lagi mengusahakan merealisasikan cita-cita gw untuk ambil double-degree ke University of Washington di Seattle, UI punya programnya. Tapi kalopun dapetnya di kampus selain UW ya gapapa, mana yang terbaik menurut Allah..

Kembali tentang pernikahan. It's not the easy one. You are talking about marriage means you are talking about build civilization.

Everything has its price. Your goal has the price you have to pay so can get what you up to. It will take your effort, your time, your mind, and your money too. Be strong to face it. Keep fighting to get the best. I realize I'm not capable to say about marriage. I haven't had capability to say about marriage. All I know comes from reading and hearing someone told me.

Pernah ada senior yang bilang, "kita ngga tau kita akan nikah atau engga. 1 hal yang pasti, kita semua akan mati."

Manusia ngga akan tau kapan meninggal. Tapi kita bisa nyiapin kematian kita husnul khotimah. Insya Allah..

Ujian Muslimah

Depok, 4 Oktober 2014
(23.14 WIB)


"Di antara hal-hal yang membantu seorang Bapak dalam memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya adalah istri shalihah yang mengerti akan tugas-tugasnya dan mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan sebaik-baiknya."    
"Harus ada perhatian khusus dalam membentuk Muslimah agar terbentuk rumah tangga islami. Bagi siapa saja yang ingin membangun rumah tangga yang islami, hendaknya yang pertama kali dilakukan adalah mencari seorang istri Muslimah. Sebab, kalau tidak, pembangunan masyarakat Muslim akan tertinggal dan bangunannya sendiri akan rapuh, penuh dengan lubang."  
[2 quote diatas dikutip dari buku "Prophetic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak" karya DR Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, halaman 53-54]


Tadi malem pas ada acara keluarga di Tebet, Jakarta Selatan ketemu kakak sepupu perempuan (sebut saja I) dan kita bahas tentang pernikahan.. Tepatnya, kita bahas tentang memutuskan menikah dengan seseorang..

Intinya aku bilang kalo mutusin nikah itu perlu kemantapan hati (lewat shalat istikharah) dan dalam keadaan sadar sesadar-sadarnya, karena menikah itu diniatkan tidak untuk -naudzubillah- bercerai. Apalagi, mengutip tulisan Ustadz Anis Matta -kalo ngga salah- di bukunya "Serial Cinta", pernikahan itu memikul misi peradaban.

Komen kakak sepupu perempuan, "yaampuunnn! Idealis bangeeettt!!"

Dia kaget. Gw bengong.

Jujur. Sense of Islamic Marriage muncul dan langsung kuat setelah gw ikut kajian Pak Akmal Sjafril pertama kali di Masjid Al Muhajirrin, Depok. Sebelumnya gw udah baca buku beliau, "Islam Liberal 101", dan gw mulai ngeh betapa berat tugas gw dan Suami nanti saat punya anak. Ghazwul Fiqr atau yang biasa disebut Perang Pemikiran bener-bener ngga bisa dianggap enteng. Buat gw, ya ngga masalah, lha gw udah 25 taun. Tapi buat anak-anak gw ntar..??? Tentu butuh persiapan matang untuk pendidikan anak-anak gw kelak.

FYI, hal yang membuat gw hijrah (kelas 3 SMA dulu) dan kembali ke Islam tu setelah gw baca buku "Bayang-Bayang Gurita" karya Jerry D. Gray, yang isinya bahas tentang makar untuk mematikan Islam. Hal berbau makar, konspirasi terhadap Islam bukan hal enteng buat gw. 

Cara paling mudah merusak peradaban, salah satunya, adalah dengan merusak pemikiran. Sebanyak apapun umat Islam, kalau pemikirannya ngga berdasar Al Qur'an dan As Sunnah, ya cuma jadi buih di lautan. Ngga guna.

Ada rekaman video bagus di Youtube, judulnya "Ketakutan Barat Atas Jumlah Kaum Muslimin". Video ini juga termasuk penyemangat gw untuk mempersiapkan berumah-tangga yang islami kelak.





Tentang kajian keislaman dari Pak Akmal itu gw ada rekamannya, tapi sayangnya gw belum nemu cara ngirim rekaman suara di Lenovo. Rencananya mau gw transkrip aja. Smoga bisa direalisasikan sebelum 1 Januari 2015.

Balik ke pernikahan. Jum'at pagi kemarin gw ngobrol sama kakak sepupu perempuan gw yang lain (sebut saja A) tentang masalah single woman sama married woman. Gw bilang kalo beban masalah mereka yang udah nikah jelas lebih berat dibanding yang belum menikah. Ayo berhitung!

Belum menikah, paling mentok ditanya kapan nikah. Lebih jauh, ditanya mau ngejar karier/akademis sampe kapan. Selesai.

Bagi yang udah nikah, berikut tuntutannya :
1) Kapan punya anak?
2) Kapan nambah anak?
3) Mau nerapin pola asuh yang mana?
4) Rencana mau sekolahin anak-anak dimana? TK? SD? SMP? SMA? Kuliah?
5) Anak-anak mau diarahin kemana?
6) Udah ibadah Haji? Kalo belum, rencana mau kapan?
7) Kontribusi Istri buat rumah tangga dan keluarga, apa aja?
8) Karier Suami udah sampe mana?
9) Udah punya rumah? 
10) Investasi dimana aja?
11) .........................................................

Silahkan yang mau nambahin.

Kembali ke Mba I. Gw lebih banyak dengerin cerita beliau, gw mikirin masukan beliau.
Kalo sama Mba A, gw jadi nyimpulin kalo nikah/belum tu kita tetep dituntut untuk berkontribusi ke agama, negara, dan peradaban.



Masalah ternyata ngga cuma di 2 kelompok orang itu, menikah/belum. Tapi juga kepada yang menikah dan belum memiliki anak biologis.

Menurutku, jawaban untuk pertanyaan "kapan nikah?" dan "udah punya anak?" tu bisa dijawab dengan senyuman. 
Wajar kalo bosen ditanya hal yang sama, tapi arahkan kebosenan itu(salah satunya) dengan banyak membaca seperti membaca buku kuliah. It works for me. Membacanya diniatin ibadah, karena membaca untuk mendapat ilmu. Tentu, bacaannya juga bacaan yang bener. Tapi saya juga suka kok bacaan-bacaan untuk refreshing.

Setiap orang dapet ujiannya masing-masing dan Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Smoga kita smua slalu dikuatkan Allah untuk slalu istiqamah dijalan-Nya.. Aamiiiiin Allahumma aamiiiiin.. (^_^)

Wednesday, October 1, 2014

One Choose Will Define You

Depok, April 25, 2014


Ini tulisan yang ada di novel Allegiant, dan menurut gw tepat banget dalam hal jodoh.

Pernah kan baca kalo “jodoh adalah cerminan diri kita” ?
Jadi, siapa yang kita pilih untuk kita menikah sama dia, itulah definisi gimana kita.

Terkait dengan jodoh dan tulisan diatas, gw mo cerita kalo tadi siang gw nemu 1 artikel wawancara Los Angeles Times Veronica Roth (Novelis Divergent), dan gw  baca 1 jawaban dia yang bagus..
“… In my own relationships, I know that I should break up with someone who doesn’t encourage me to be strong and make my own choices and do what’s best in my life, so if you’re dating someone who doesn’t want you to be the best person you can be, you shouldn’t be dating them. Growing up with Disney movies, you don’t really get that feeling. Not that there aren’t books out there that send that message, but I wanted my book to be one of them.”
Abis gw baca jawabannya Veronica, gw jadi inget salah satu kalimat dari pikiran Tris di novel Divergent  : 

I could not be attracted to Al—I could not be attracted to anyone that fragile.

Gw pernah dikasih tau seseoran, setiap orang akan memilih pasangan yang memiliki kekurangan dalam batas yang sanggup dia terima. Gw sepakat, karena gw yakin setiap orang pasti bisa nerima kelebihan, tapi belum tentu dengan kekurangan.

Misal : ada yang sanggup nerima perempuan yang ngga sanggup nyium bau Duren sedikit pun (padahal si Suami termasuk Fans Pecinta Duren Garis Keras), tapi sisi hebatnya adalah bacaan sama hafalan Qur’an si perempuan itu mengguncang dunia, hati, dan iman.

Maksud gw, setiap orang punya sisi kelemahan dan ngga ada yang sempurna.

Dan dari situ, gw pikir yang namanya ta’aruf lebih prospektif, aman, dan lebih besar profitnya daripada pacaran.

*weiittzzz dari Divergent bisa gw sambungin ke ta’aruf*

Kalo ta’aruf, simpel : kasih biodata (yang salah satu isinya menjelaskan tentang kekurangan diri) à kalo cocok ya lanjut, kalo engga yawda cari yang lain. Simpel.

Kalo pacaran tu ribet, panjang prosesnya, iya kalo jadi, kalo engga kan buang-buang waktu, uang, energi. Plus, gabisa gugat ke pengadilan kalo ada pihak yang membatalkan janji kawin secara sepihak tanpa pemberitahuan dan kesepakatan kedua belah pihak (kecuali kalo rencana perkawinannya udah didaftarin ke KUA setempat, lain cerita)

*FYI ini adalah kesimpulan gw berdasar curhatan mayoritas temen-temen gw yang milih pacaran*

Itu aja sie yang mo gw ceritain.


One choice will transform you. -Divergent-
Memilih pasangan hidup yang tepat, dapat membantu diri bertransformasi menjadi muslim, hamba Allah sebagaimana yang Nabi Muhammad praktikkan.

One choice will define you.
Ini bukan pemilu, yang salah pilih bisa kudeta ato gausa dipilih lagi di pemilu periode mendatang.
Ini pernikahan.

One choice will define you.
Dan inget, prestasi terbesar Iblis (kalo gw ngga salah) adalah PERCERAIAN.

Just so you know, di Insurgent, tagline-nya : one choice will destroy you.